Pixel Codejatimnow.com

Begini Modus Pengiriman Ganja 12 Kg dari Aceh ke Sidoarjo

Brigjen Pol Bambang Budi Santoso (kiri) dan AKBP Wisnu Chandra (kanan) saat membeberkan barang bukti ganja yang dikemas dalam kopi bubuk kemasan dan pistol yang disita
Brigjen Pol Bambang Budi Santoso (kiri) dan AKBP Wisnu Chandra (kanan) saat membeberkan barang bukti ganja yang dikemas dalam kopi bubuk kemasan dan pistol yang disita

jatimnow.com - Pengirim ganja dari Aceh ke Sidoarjo cukup cerdik. Mereka sukses mengelabui anjing pelacak, mesin x-Ray maupun petugas bandara sehingga ganja seberat 12 Kg bisa lolos pengiriman.

Kendati akhirnya ganja itu akhirnya berhasil diendus oleh BNNP Jatim. Ada strategi menarik yang dilakukan pengirim.

Pertama, pengirim mengemas ganja itu dalam kemasan satu kilogram. Setelah itu, mereka membeli kopi bubuk kemasan. Ganja disisipkan dalam kemasan satu kilogram. Kemudian sindikan antar pulau itu mengembalikan kemasan kopi bubuk yang telah dibuka seperti semula.

"Kemasan kopi bubuknya sangat rapi. Kami duga kuat kemasannya kembali dilaminasi. Ganjanya sama sekali tidak terlihat. Yang terlihat dari luar hanya kopi bubuknya saja," kata Kepala BNNP Jatim, Brigjen Pol Bambang Budi Santoso, Jumat (2/3/2018) malam.

Setelah dikemas ke dalam kopi bubuk kemasan, pengirim memasukkannya ke dalam dua kardus besar (dua koli). Masing-masing kardus berisi 6 kopi kemasan. Artinya, satu koli berisi 6 Kg ganja. Sehingga, total dua koli itu berisi 12 Kg ganja.

"Mereka kemudian menuju Bandara Kualanamo, Medan, Sumatera Utara untuk melakukan pengiriman lewat udara (penerbangan)," beber Bambang.

Lantas bagaimana ganja-ganja itu bisa lolos dari deteksi Bandara Kualanamo, bahkan juga lolos dari deteksi Bandara Internasional Juanda? Kabid Pemberantasan BNNP Jatim, AKBP Wisnu Chandra mengemukakan bahwa dari penyelidikan dan penelusuran selama satu bulan terakhir, aroma kopi tersebut memang difungsikan bandar untuk menyamarkan bau ganja.

"Sehingga ganja sulit terdeteksi oleh anjing pelacak," katanya.

Namun bagaimana pula, ganja-ganja itu lolos dari x-Ray kedua bandara tersebut? Menurut Wisnu, dari informasi yang digalinya di lapangan. Para bandar di Aceh, ternyata sudah hafal kapan waktu yang tepat memasukkan ganja itu ke bandara.

Para bandar ternyata hafal waktu sibuk bandara tersebut. Sebab jika bandara dalam keadaan penuh penumpang, mesin x-Ray di bandara akan memanas. Sehingga diduga sistem kerja x-Ray akan melemah dalam mendeteksi barang terlarang.

"Namun semua pihak sebenarnya telah mencurigai barang tersebut, termasuk teman-teman di bandara. Sehingga kami yang akhirnya melakukan tindak lanjut di lapangan. Alhamdulillah, ganja 12 Kg yang hampir saja akan beredar di Jawa Timur ini dapat kami gagalkan," pungkas Wisnu.

Ganja 12 Kg itu gagal beredar setelah BNNP Jatim melakukan penyergapan di Perum Cemandi, Sedati, Sidoarjo. Tiga orang yang terlibat jaringan pengedar ganja itu berhasil ditangkap. Dua diantaranya sepasang suami istri, M Wahyudi (36) dan Ayuk Selsi Handayani (23). Sedangka Machmud Aminullah (38), warga Bungurasih Tengah berperan mengambil paket di bandara.

Baca juga:
Kernet Bus Puspa Jaya di Tulungagung Konsumsi Ganja, Beli dari Sopir

Selain mengamankan barang bukti ganja, BNNP Jatim juga berhasil menyita barang bukti lain yaitu satu pucuk senjata api merek Taurus berkaliber 22 MM, 4 buah HP dan 2 unit motor.

Reporter: Narendra Bakrie
Editor: Budi Sugiharto

Baca juga:
Anggota Polres Tulungagung Dipecat Gegara Terlibat Peredaran Narkoba