Pixel Code jatimnow.com

Buat Buku, Owner Namira Ecoprint Ajak Ibu-ibu Berkarya di Masa Pandemi

Editor : Budi Sugiharto   Reporter : Sandhi Nurhartanto
Didik Edi Susilo, suami Yayuk Eko Agustin membuat ecoprint
Didik Edi Susilo, suami Yayuk Eko Agustin membuat ecoprint

jatimnow.com - Sukses merintis pembuatan batik dengan mencetak menggunakan bahan-bahan yang terdapat di alam sekitar sebagai kain, pewarna, maupun pembuat pola motif dan terjual hingga mancanegara tak membuat Yayuk Eko Agustin terlena.

Ketua PKK di Perumahan Wisma Kedung Asem, Kecamatan Rungkut, Surabaya itu membuat sebuah buku dengan judul 'Ecoprint, Keinginan Menjadi Kenyataan' pada September 2020 lalu.

"Saya ingin berbagi dan mengajak kepada ibu-ibu dengan membuat sebuah buku tentang tutorial membuat ecoprint," kata Yayuk Eko Agustin kepada jatimnow.com, Senin (22/2/2021).

Pemilik (owner) Namira Ecoprint yang berdiri sejak tahun 2019 itu menyebut dirinya membuat buku agar dapat menularkan semangat kepada para ibu-ibu terutama pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) agar tetap berkarya di tengah Pandemi Covid-19.

Ia mengaku berhasrat dengan membagikan pengetahuan tentang ecoprint agar makin banyak orang yang bisa merawat kekayaan warisan budaya Indonesia.

"Buku ini sejak saya luncurkan mendapat respon dari ibu-ibu. Saya jual melalui media sosial (medsos) dan banyak yang membelinya. Mulai dari Indonesia yaitu Bontang, Semarang, Jakarta dan juga merambah ke luar negeri seperti Singapura, Malaysia dan Brunei," ujarnya.

Sebelum membuat buku, Yayuk yang dinas di Pemkot Surabaya itu bercerita jika dirinya lebih memilih usaha ecoprint karena proses pembuatannya cukup mudah dan produknya pasti diminati.

Baca juga:
Mahasiswa Mancanegara Belajar Batik Ecoprint di Tulungagung

Bersama dengan suaminya yang bernama Didik Edi Susilo, Yayuk mulai membuat ecoprint.

"Bapak itu telaten dan mempunyai jiwa seni. Beliau menggunakan berbagai bahan alam seperti daun pisang dan ternyata hasilnya bagus," ujar Yayuk.

Selain mudah mendapatkan bahan bakunya seperti kain, daun-daunan, serta pewarna alam, juga proses produksi tidak diperlukan pemodalan yang mahal.

Baca juga:
Klarifikasi QRIS Polisi Cepek hingga Batik Ecoprint Karya Tunarungu

"Tidak membutuhkan teknologi yang sulit. Kalau produksinya bagus dan berkualitas bisa dijual," ujar dia.

Perempuan berkerudung ini menyebut pasar terluas untuk penjualan ecoprint dan bukunya lebih banyak melalui online dan mengikuti berbagai pameran yang digelar di Indonesia.

"Saya kian bersemangat. Dari satu lembar, dua lembar, sampai puluhan lembar terjual. Yang dari Brunei Darussalam itu, tidak tahu ya kenal saya darimana. Saya tahunya beliau mempunyai masjid di Jawa Timur ini. Beliau membeli satu lembar kain ecoprint dari saya dengan ukuruan 3,5 meter seharga Rp 3 juta 500 ribu. Itu kan tergantung dari bahannya," tandas Yayuk.