Pixel Codejatimnow.com

Ramadan Berbagi

30 Tahun Kesi Jadi 'Penjaga Nyawa' di Palang Pintu Kereta Api Surabaya

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Ni'am Kurniawan
Kesi, saat berjaga di rel kereta api tanpa palang pintu di Surabaya (Foto-foto: Fajar Mujianto/jatimnow.com)
Kesi, saat berjaga di rel kereta api tanpa palang pintu di Surabaya (Foto-foto: Fajar Mujianto/jatimnow.com)

jatimnow.com - Meski usianya mulai senja, Kesi tetap berdiri tegak di samping rel untuk menghadang laju kendaraan saat kereta api melintas. Pria 68 tahun itu sehari-hari menjaga palang pintu kereta api Jalan Gayung Kebonsari, Surabaya.

Pria kelahiran Jember itu sudah 30 tahun menjadi penjaga palang pintu kereta api, atau mulai Tahun 1991 hingga sekarang. Dia mengaku tidak memiliki pilihan, selain menggantungkan nasibnya dari uluran tangan masyarakat yang melintas.

"Yang penting bisa dibuat blonjo (belanja)," tutur Kesi, saat ditemui jatimnow.com di lokasi, Senin (19/4/2021).

Kali ini, tim jatimnow.com menyalurkan bantuan berupa uang dari Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi PKB, Arzeti Bilbina kepada Kesi. Bantuan itu membuat Kesi tampak bahagia.

Menurut Kesi, dia berbagi sift dengan 6 temannya yang lain. Dia sendiri menjaga mulai pukul 12.00 hingga 16.30 Wib. Sekali menjaga palang pintu, Kesi mengaku bisa mendapatkan uang paling banyak Rp 80 ribu dari pemberian para pengendara yang melintas.

Kesi, saat menghentikan laju kendaraan yang akan melintas rel kereta api tanpa palang pintu di SurabayaKesi, saat menghentikan laju kendaraan yang akan melintas rel kereta api tanpa palang pintu di Surabaya

"Ya kalau sukarela ini gak pasti mas. Soalnya bukan dapat dari pemerintah. Kadang ya 80 (Rp 80 ribu), gak pasti mas," jelasnya.

Pria yang mengaku tidak pernah mengenyam pendidikan tersebut menambahkan, dirinya hanya bisa melakukan pekerjaan kasar, karena keterbatasan gelar pendidikan.

Baca juga:
Berbagi Keceriaan di Momen Ramadan Melalui Kampanye Kesehatan

Selain menjaga palang pintu rel kereta api, keseharian Kesi lainnya juga menjadi buruh cuci mobil di dekat rumahnya. Hal itu ia lakukan setiap pagi hingga siang hari.

"Kalau pagi jadi buruh cuci mobil," ungkap bapak dua anak itu.

Meski kini kedua anaknya sudah mapan, Kesi mengaku tidak mau meminta-minta kepada anaknya. Apalagi kedua anaknya telah memiliki rumah tangga sendiri dan masing-masing telah memiliki anak.

"Anak saya dua, sudah punya cucu dua, yang satu di sini, yang satu kos di Kedungsari, Kebonsari Lama," terangnya.

Baca juga:
Spirit of Ramadan: Berbagi Kasih, Buka Puasa Bersama 2000 Anak Yatim Piatu di Indonesia

Kesi melawan raganya yang mulai menua untuk berdiri tegak 'menjaga nyawa' para pengendara yang melintas rel kereta api tanpa palang pintu tersebut. Jasanya mungkin saja akan diganti setelah pembangunan rel ganda kereta api terealisasi.

"Kalau dibangun rel ganda, penjaganya dari KAI," tandasnya.

Tim jatimnow.com saat berbincang dengan Kesi, sang 'penjaga nyawa' di rel kereta api tanpa palang pintu di SurabayaTim jatimnow.com saat berbincang dengan Kesi, sang 'penjaga nyawa' di rel kereta api tanpa palang pintu di Surabaya