Pixel Codejatimnow.com

ITS Gelar Diskusi Potensi Bambu untuk Mendukung Co-Firing Pada PLTU

Editor : Sandhi Nurhartanto  Reporter : Farizal Tito

jatimnow.com - Tim Abmas Pusat Kajian Kebijakan Publik, Bisnis dan Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (PKKPBI-ITS) menginisiasi acara Focus Group Discussion (FGD) bertema 'Potensi Bambu untuk Mendukung Co-Firing Pada Pembangkit Listrik Jawa Bali' secara daring.

"Kegiatan FGD ini dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai potensi bambu guna mendukung co-firing pada pembangkit listrik khususnya wilayah Jawa Bali," kata Ketua Tim Abmas Co-firing Bambu Hamdan Dwi Rizqi, S.Si., M.Si. dalam siaran pers ke redaksi, Kamis (29/7/2021).

Hamdan mengatakan co-firing merupakan metode penambahan biomassa sebagai bahan bakar untuk mengurangi penggunaan batubara pada pembangkit listrik.

"Co-firing dinilai dapat mendukung terwujudnya green energy dimana terget dari Indonesia dapat memenuhi 23 persen bauran energi baru terbarukan pada tahun 2025," kata Hamdan.

Selain itu co-firing juga mendukung pemenuhan energi berbasis ekonomi kerakyatan. Hal tersebut dikarenakan dengan penerapan co-firing dapat memunculkan peluang usaha bagi masyarakat untuk mensuplai kebutuhan biomassa yang diperlukan dalam proses co-firing tersebut.

"Kebutuhan energi listrik yang terus meningkat serta terbatasnya barubara sebagai sebagai sumber energi tak terbarukan juga menjadi dasar Tim Abmas PKKPBI-ITS ini untuk melakukan pengkajian terhadap potensi bambu yang merupakan biomassa yang cukup melimpah sebagai bahan co-firing untuk mengurangi penggunaan batubara pada pembangkit listrik," ujarnya.

Kegiatan FGD dibuka langsung oleh Kepala PKKPBI-ITS Dr. Ir. Arman Hakim Nasution, M.Eng. dan dimoderatori oleh Puti Sinansari, M.M. yang merupakan Dosen Departemen Manajeman Bisnis ITS.

Tim Abmas PKKPBI-ITS juga mengundang tiga pembicara yang merupakan stakeholder dan sangat berkompeten di bidangnya yakni Direktur Utama PT PJB Service, Teguh Widjayanto, M.T.

Peneliti BPPT yang telah berkecimpung di bidang Co-Firing, Ir. Rohmadi Ridlo, M.Eng. dan perwakilan Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur Ir. Toat Tridjono, M.Si.

Selain itu Tim Abmas PKKPBI juga mengundang dosen ahli di ITS sebagai penanggap, yaitu Ary Bachtiar, S.T., M.T., Ph.D. sebagai ahli konversi energi dari Departemen Teknik Mesin ITS dan IDDA Warmadewanthi, S.T., M.T., Ph.D. ahli Lingkungan dari departemen Teknik Lingkungan ITS.

Baca juga:
Ketika 4 Kampus di Jatim Serukan Pilpres 2024 Cacat Demokrasi

"Komposisi pembicara dan penanggap tersebut mampu melengkapi kajian terkait potensi bambu sebagai bahan co-fiting dari segala aspek, mulai dari kebutuhan, ketersediaan, nilai konversi energi, hingga dari segi aspek lingkungannya," ujar Hamdan.

Dalam kegitan FGD ini dari segi kebutuhan Teguh Widjayanto, M.T. menyampaikan bahwa setidaknya dibutuhkan kurang lebih 9 Juta Ton biomassa/tahun untuk mendukung Co-Firing di 52 PLTU PLN di Indonesia.

Dari segi konversi energi, Ir. Rohmadi Ridlo, M.Eng. menyampaikan bahwa nilai kalor beberapa jenis bambu tidak jauh berbeda dengan nilai kalor pada bahan kayu, namun yang cukup menjadi tantangan adalah kadar abu dari bambu yang sedikit lebih tinggi dibandingkan kadar abu pada bahan kayu.

Sedangkan dari segi ketersediaan bambu, Ir. Toat Tridjono, M.Si. menyampaikan bahwa bambu memiliki potensi yang cukup tinggi karena pada dasarnya bambu dapat tumbuh cukup cepat, dengan hanya sekali tanam bambu dapat dipanen berapa kali.

"Selain itu pemeliharaan bambu juga cukup mudah dan tidak mahal," kata Toat.

Baca juga:
2 Universitas Rusia Buka Kantor Representatif di ITS Surabaya, Ini Tujuannya

Dalam kesempatan tersebut, Ary Bachtiar, S.T., M.T., Ph.D. menyampaikan bahwa memang dari segi potensi, bambu memiliki nilai kalor yang cukup potensial namun membutuhkan temperature pembakaran yang cukup tinggi.

"Untuk mengatasi hal tersebut dapat diatasi dengan mengatur komposisi campuran bambu dengan batubara agar diperoleh tingkat konversi energi yang optimal," ujarnya.

Sementara itu dari segi lingkungan IDDA Warmadewanthi, S.T., M.T., Ph.D. menanggapi bahwa penerapan co-firing ini cukup baik karena dapat mengurangi emisi gas dari proses pembakaran di PLTU.

Dari kegiatan FGD ini dapat disimpulkan bahwa bambu memiliki potensi yang cukup besar untuk mendukung co-firing pada pembangkit listrik Jawa Bali, namun masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan efisiensi dan keoptimalan konversi energi dari bambu.