Pixel Codejatimnow.com

Longsoran Bukit Pendil Diduga Sebabkan Banjir Bandang di Banyuwangi

 Reporter : Erwin Yohanes
Lokasi titik longsor dipantau dari google map./Foto: Dokumentasi Pemerintah Desa Sumberarum for jatimnow.com.
Lokasi titik longsor dipantau dari google map./Foto: Dokumentasi Pemerintah Desa Sumberarum for jatimnow.com.

jatimnow.com - Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menyebutkan jika penyebab banjir bandang karena ada longsoran besar di hulu sungai, tepatnya di Bukit Pendil, Pegunungan Raung, September 2017.

Titik longsoran besar itu juga bisa dilihat melalui fasilitas google map. Sangat jelas terlihat jika sebagian bukit Pendil ambrol dan merubah wajah bumi sekitarnya.

Banjir Bandang yang terjadi pada Jumat (22/6/2018) pagi tadi bukanlah yang pertama.

Tercatat sepanjang tahun ini saja sedikitnya sudah tiga kali terjadi. Namun hari ini adalah musibah yang paling parah.

Dan semuanya berpangkal pada longsoran besar yang terjadi di Bukit Pendil, Pegunungan Raung.

Tim gabungan, Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG), BPBD Banyuwangi, Pemerintah Desa Sumberarum dan Polsek Songgon pernah mencapai titik longsoran besar itu. Hasilnya, jika longsoran terjadi murni karena alam.

Dari estimasi longsoran besar itu mencapai 2 juta hingga 3,5 juta kubik. Material longsoran adalah bekas lava berusia ratusan tahun.

Longsoran besar itu menutup badan sungai yang menjadi hulu dari sejumlah sungai yang melintasi sejumlah Kecamatan di Banyuwangi.

Jadi, rumor jika kawasan hulu rusak akibat aktifitas manusia tersisihkan. Sebab, kawasan di Gunung Kendil merupakan rimba perawan.

Untuk mencapai sana harus melalui medan berat selama 3 jam jalan kaki. Jika ditambah perjalanan pulang menjadi 6 jam.

Baca juga:
Tim SAR Susur Sungai Kedak, Cari Lansia yang Hilang Akibat Banjir Kota Kediri

Sebab itu juga, tidak memungkinkan untuk dilakukan normalisasi dititik longsoran besar tersebut. Tim PVMBG yang telah memeriksa longsoran pernah memberikan rekomendasi saat paparan kepada Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, beberapa waktu lalu.

Paparan saat itu dilakukan Perekayasa Madya PVMBG Bandung Imam Santosa. Ada 3 rekomendasi langkah menghadapi bencana tersebut.

Pertama pembangunan forum tanggap bencana desa-desa yang dilewati Sungai Badeng. Anggotanya bisa kepala desa atau kepala dusun yang dilengkapi alat komunikasi smartphone atau handy talky.

"Ini yang paling murah dan bisa memanfaatkan kearifan lokal seperti pencari madu dan pencari burung di hutan, itu bisa dioptimalkan untuk segera mengabarkan bila ada hujan lebat dan potensi banjir bandang," jelasnya, Selasa (22/5/2018) waktu itu.

Kedua, pemasangan Closed Circuit Television (CCTV) agar Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bisa memantau debit sungai. Bila ada potensi banjir bandang bisa cepat diketahui dan dilakukan aksi kedaruratan.

"Hal ini untuk memantau sungai Badeng, saya kira BPBD bisa memprakarsai itu," jelasnya lagi.

Baca juga:
Curhat Warga Ngampel Kota Kediri yang Rumahnya Masih Terendam Banjir 1 Meter

Terakhir, pembangunan check dam atau bendungan pengendali banjir di Sungai Badeng. Pembangunannya membutuhkan biaya dan waktu yang paling lama.

Dia menyarankan agar upaya yang membutuhkan biaya dan waktu sedikit agar diupayakan terlebih dahulu, sehingga penanganan cepat dilakukan.

Namun, alam selalu lebih cepat dari manusia. Ketiga rekomendasi tersebut belumlah tuntas dilaksanakan semua.

Hujan mengguyur deras kawasan hulu yang kemudian menjadi musibah bagi alam dan penghuni di sepanjang bantaran Sungai Badeng dan lainnya.

Reporter: Irul Hamdani

Editor: Erwin Yohanes