Pixel Code jatimnow.com

Berhenti Mengajar, Guru Honorer di Ponorogo Sukses Jadi Perajin Peralatan Panah

Editor : Sandhi Nurhartanto   Reporter : Mita Kusuma

Ponorogo - Mantan guru honorer yang sebelumnya mengajar di salah satu SD dan MA (Madrasah Aliyah) di Ponorogo kini sukses membuat peralatan panah dari limbah kayu dengan nilai jual tinggi.

Pendidik yang bernama Mahmud Danuri itu telah mengundurkan diri dari tempatnya mengajar dan kini menghasilkan omset hingga Rp 20 juta dalam sebulan dari hasil kerajinan yang dikerjakan di rumahnya di Jalan Bangunsari, Desa Singkil, Kecamatan Balong, Ponorogo.

Ia menerangkan, kayu bekas yang digunakan memenuhi pesanan peralatan panah tradisional dari para pelanggannya adalah kayu bekas mebel.

"Usaha ini berawal dari saudara saya yang membeli satu set panah lengkap dengan anak panahnya dari Solo pada 2016 lalu," cerita Mahmud, Selasa (16/11/2021).

Saat itu, saudaranya membeli peralatan panah di Solo dengan harga Rp 275 ribu. Ia menyebut, peralatan panah yang dibeli saudaranya itu dinillai kurang halus.

"Saya bilang begitu, karena saya merasa mampu membuatnya yang sama. Tapi pembuatan dan hasilnya lebih halus," ujarnya.

Mahmud mengaku bisa membuat yang lebih bagus karena sudah mempunyai pengalaman membuat kerajinan dari kayu. Ia mengaku, dirinya adalah lulusan jurusan kriya kayu di SMKN 1 Pacitan.

"Saya juga menggarap berbagai produk mebel. Ya itu ilmu saya terus terasah dalam dunia kerja ini," lanjutnya.

Untuk membuat peralatan panah, ia kemudian melihat di media sosial tentang cara pembuatannya.

"Produk pertama saya jual ke Solo melalui media sosial. Saya kaget ketika 3 set peralatan panah produksi pertama langsung terjual dengan harga Rp 300 ribuan," kenang dia.

Baca juga:
Usulan Kenaikan UMK Ponorogo 2025, Ketua DPRD: Pendorong Kesejahteraan Pekerja

Ia kemudian tambah semangat untuk memproduksi peralatan panah.

"Puncak pesanan masuk itu tahun 2017 hingga 2018. Makanya saya keluar dari guru honorer untuk memenuhi pesanan itu. Saya rasa tidak mungkin kalau masih harus mengajar dan saya putuskan untuk keluar," terang dia.

Saat pesanan banyak, dalam waktu satu pekan dia harus memproduksi 20 bow (busur) ditambah 40 anak panah.

Dirinya memproduksi lima jenis peralatan panah yaitu dari Hungaria, Turkish, Tartar, Jemparing dan Manchurian.

Untuk harga, Mahmud mengaku bervariasi. Mulai dari harga Rp 400 ribu hingga Rp 1.3 juta untuk satu set peralatan panah yang terdiri dari satu busur dan tiga anak panah.

Baca juga:
Harga Bahan Pangan di Ponorogo Melonjak jelang Nataru, Daging Tetap Stabil

Selain menjual melalui media sosial, dirinya juga kerap mengikuti pameran baik di dalam daerah maupun luar kota.

"Dalam satu bulan rata-rata saya bisa memproduksi 30-40 bow atau omzet bisa mencapai Rp 15 - 20 juta. Pelanggan banyak yang dari Surabaya, Tuban. Tapi pernah juga kirim ke Irian Jaya," tandasnya.