Pixel Codejatimnow.com

Cerita Kepanikan Warga Selamat dari Maut Erupsi Semeru

Editor : Zaki Zubaidi  Reporter : Mahfud Hidayatullah
Warga korban erupsi Gunung Semeru di RUSD dr Haryoto Lumajang. (Foto:  Mahfud Hidayatullah)
Warga korban erupsi Gunung Semeru di RUSD dr Haryoto Lumajang. (Foto: Mahfud Hidayatullah)

Lumajang - Warga terdampak letusan gunung Semeru pada Sabtu (4/12) memiliki cerita untuk bisa selamat dari luncuran awan panas. Kepanikan membuat mereka langsung lari menyelamatkan diri.

Seperti yang dikatakan Sinten (60) warga  Dusun Curah Kobokan Desa Supit Urang  Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang mengatakan, saat awan panas mulai berguguran dirinya tengah berada di rumah bersama keluarganya.

"Tiba-tiba suasana menjadi gelap ada hujan batu diserta awan panas berguguran," katanya saat ditemui RUSD dr Haryoto Lumajang, Sabtu (4/12/2021) malam.

Seketika itu juga dirinya langsung panik dan bergegas meninggalkan lokasi rumahnya bersama dengan anak-anaknya.

"Di luar sudah banyak orang berhamburan dan berlarian saat kejadian," tutur Sinten.

Sinten mengaku saat musibah itu datang, dirinya langsung berlarian tanpa memikirkan rumah dan harta benda yang dimiliki.

Baca juga:
Bantuan dari Bank Jatim untuk Pengungsi dan Relawan Erupsi Semeru

Baca Juga: Bantuan untuk Pengungsi Korban Erupsi Semeru Tersendat

"Rumah hancur saya tidak memikirkan harta yang penting saya selemat, tadi kejadian di sana kayak kiamat," tegasnya.

Sinten mengaku kalau dirinya di rumah sakit tersebut karena anak laki lakinya atas nama Syamsul Arifin (30) mengalami luka bakar. "Dia terkena awan panas karena anak saya bekerja jaga portal," ujarnya.

Baca juga:
Ponpes Shiddiqiyyah Jombang Kirim Bantuan untuk Korban Gempa Cianjur

Sementara itu Dewi Novitasari (17) yang merupakan anak Sinten mengaku gemetar melihat kondisi kejadian di daerahnya akibat letusan Gunung Semeru. "Baru kali ini kejadian gunung paling besar yang saya tahu mas," jelasnya.

Dirinya bersama saudara dan ibunya langsung melarikan untuk menyelamatkan diri menuju lokasi pengungsian. "Sing penting slamet nggak mikir apa-apa di rumah," ucap Dewi.