Ponorogo - 214 bencana tercatat terjadi di Ponorogo selama Tahun 2021. Data itu sesuai catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.
"Kebanyakan memang didominasi longsor atau banjir luapan sungai. Selanjutnya ada angin puting beliung," ujar Kepala Pelaksana BPBD Ponorogo, Jamus Purnomo, Jumat (14/1/2022).
Dia menerangkan, dari 214 bencana itu rata-rata diakibatkan curah hujan tinggi, kemudian vegetasi yang berkurang banyak.
"Ketika hujan deras menjadi run off, artinya semua dialirkan ke sungai sehingga tidak muat," terang Jamus.
Di sisi lain, ketika terjadi debit air yang sangat tinggi, potensi mengikis tanggul juga menjadi lebih tinggi. Sehingga banyak menyebabkan tanggul jebol, plengsengan ambrol hingga jembatan rusak.
Baca juga:
Potensi Longsor Tinggi, PVMBG dan BPBD Ponorogo Pasang LEWS
"Memang di wilayah Ponorogo ada beberapa kecamatan, seperti Ngrayun, Sawoo, Sooko, Ngebel, Pulung, Slahung yang merupakan wilayah rawan longsor," tambahnya.
Menurutnya, beberapa lokasi secara tipikal memang sudah menjadi langganan angin kencang, puting beliung. Yaitu daerah yang berada di arah barat seperti Kecamatan Sampung, Sukorejo, Babadan dan Jenangan.
"Kita antisipasi terkait kesiapsiagaan, teman-teman. Dibantu dengan komunikasi penduduk, menginformasikan saat keadaan cuaca," jelasnya.
Baca juga:
Tanah Longsor di Kesamben Blitar, 4 Pekerja Kandang Ayam Diduga Tertimbun
Jamus menyebut bahwa jika dihitung secara material, kerugian yang timbul akibat 214 bencana itu adalah Rp 2,4 miliar.
"Secara penganggaran tidak ada. Tetapi logistik kita bisa bantu. Terkait tanah yang longsor dan menimpa rumah, kita membantu semen, genteng, pasir, tapi tidak banyak karena kebutuhannya tidak banyak," pungkasnya.