Pixel Code jatimnow.com

Ketika Anwar Sadad Diskusi UU Pesantren Bareng BEM Insud Lamongan

Editor : Zaki Zubaidi   Reporter : Ni'am Kurniawan
Anawar Sadad berdisusi bareng mahasisw Lamongan. (Foto: Ni'am Kurniawan/jatimnow.com)
Anawar Sadad berdisusi bareng mahasisw Lamongan. (Foto: Ni'am Kurniawan/jatimnow.com)

Lamongan - Anwar Sadad semakin sering menyapa dan menghadiri diskusi dengan mahasiswa. Setelah pekan lalu bertemu dan berdiskusi dengan mahasiswa di Bangkalan, kemarin Wakil Ketua DPRD Jatim itu nampak berada di tengah-tengah mahasiswa di Lamongan.

Kini, Gus Sadad, sapaan akrabnya, menjadi pembicara dalam diskusi bertajuk Transformasi UU Pesantren bagi Mahasantri dan Pesantren yang dihelat oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Institut Pesantren Sunan Drajat (Insud), Lamongan.

"Saya selalu asik berada di tengah-tengah anak muda. Cara mereka berargumentasi penuh antusias membuat optimis masa depan Indonesia lebih baik," ujar Sadad dalam akun twitternya @ansadad seperti dilihat jatimnow.com, Minggu (30/1/2022).

Menurutnya, pemberlakuan UU Pesantren bukan semata bentuk pengakuan negara pada pesantren. Lebih dari itu, pengakuan terhadap tradisi keilmuan pesantren sebagai penyokong utama berdirinya republik Indonesia. "Saya akui negara belum pernah seperhatian ini terhadap pesantren," katanya.

Ketua DPD Gerindra Jatim itu juga menyebut, sebelumnya pihaknya juga sangat consern dengan UU Pesantren. Konsentrasi aturan terhadap pesantren juga sempat ia rintis dalam bentuk Raperda pesantren bersama Fraksi Gerindra di DPRD Jatim.

Baca juga:
Gerindra Resmi Berikan Rekom Subandi-Mimik Idayana di Pilkada Sidoarjo

Dalam pemantapan itu, pihaknya sempat berdiskusi dengan PWNU Jatim. Alhasil saat memasuki babak akhir malah melahirkan optimisme dan pesimisme.

"Pesimis karena UU ini lahir di tengah ketegangan mereka yang menyebut pengusung 'kebhinekaan' melawan kelompok yang disebut 'radikalisme' islam," jelas pria yang masuk bursa Cagub Jatim itu.

Baca juga:
Gerindra Rekom Eri Cahyadi-Armuji di Pilwali Surabaya 2024

Namun yang jelas, ia menyebut jika kualitas produk pesantren dan madrasah memiliki kualitas kelimuan yang tinggi. Ia contohkan seperti guru senior pesantren yang terbiasa mengajar kitab setara dengan jenjang pendidikan di perguruan tinggi (S2) bahkan bisa lebih.

"Secara kualitas, guru senior pesantren yang mahir mengajar kitab Mu'in dan Wahbab, setara dengan lulusan al-marhalah al-tsaniyah pada Ma'had Ali, setara lulusan S2, mungkin bahkan lebih tinggi. Gak mungkin beliau-beliau ikut sertifikasi kan," tandas dia