Pixel Codejatimnow.com

Kepala BNPT Sebut Ribuan Orang Terpapar Radikalisme dari Medsos

Editor : Zaki Zubaidi  Reporter : Elok Aprianto
Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar saat memberikan sambutan dalam santri speech contes tingkat nasional di PTQ Cinta Rosululloh, Tembelang Jombang. (Foto: Elok Aprianto/jatimnow.com)
Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar saat memberikan sambutan dalam santri speech contes tingkat nasional di PTQ Cinta Rosululloh, Tembelang Jombang. (Foto: Elok Aprianto/jatimnow.com)

Jombang - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT), Komjen Pol Boy Rafli Amar, menyebut ada 120 negara yang warganya terpapar paham radikalisme. Di Indonesia, ada sekitar 2.157 warga yang terpapar paham radikalisme dari konten-konten berbahasa inggris, di media sosial (Medsos).

Hal ini diungkap Boy Rafli saat menghadiri pembukaan speech contes tingkat nasional di PTQ Cinta Rosululloh, Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang.

"Jadi narasi-narasi yang disampaikan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, yang menggunakan narasi agama dengan menggunakan bahasa Inggris di internet itu juga sangat besar sekali,” terang Boy pada sambutannya, Senin (14/3/2022).

Ia menyebut jumlah konten-konten yang dianggap sebagai perjuangan agama bersliweran di Medsos. Seperti yang diprogandakan oleh Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).

"Dia mempropragandakan bahwa di Negeri Syam itu akan lahir sebuah negeri Islam dunia, pusat negara Islam yang akan memberikan sebuah harapan-harapan baru. Sehingga lebih dari 120 negara yang warga negaranya terpapar dan terpengaruh, dengan konten-konten ajakan yang disampaikan di media sosial," ungkapnya.

Ia merinci untuk Indonesia saja, ada ribuan orang yang berangkat ke sana. Lantaran terpapar paham radikalisme melalui konten-konten berbahasa Inggris. "Jadi orang Indonesia saja yang sudah tercatat berangkat itu ada 2.157," tegasnya.

Baca juga:
Napiter di Lapas Tulungagung Ikrarkan Janji Setia NKRI usai Jalani Program BNPT

Ia menyebut, WNI yang datang memenuhi panggilan ISIS, justru malah dimanfaatkan oleh mereka, untuk melawan pemerintahan yang sah.

"Seperti Irak, Syiriah, mereka melakukan pendudukan di sejumlah wilayah, dan mereka melakukan kejahatan-kejahatan, termasuk melakukan pembunuhan," ungkapnya.

Jadi, sambung Boy, mereka menggunakan narasi-narasi dalam bahasa Islam di konten Medsosnya, untuk mempengaruhi banyak orang dari berbagai belahan dunia.

Baca juga:
Petugas Lapas Surabaya Raih Penghargaan dari BNPT

"Jadi ada yang dari Inggris, ada yang dari Eropa, ada yang dari negara-negara Afrika, mereka dipropagandakan dalam bahasa Inggris, di dunia maya, kemudian mereka ikut program itu," bebernya.

Boy mengatakan, berdasarkan data BNPT, dari 2.157 warga Indonesia yang bergabung dengan ISIS, saat ini sudah banyak yang meninggal dunia.

"Sebagian sudah ada yang meninggal dunia, ada yang dikembalikan ke Indonesia, ada juga yang sampai hari ini di dalam penjara, dan ada yang hari ini di kamp pengungsian itu wanita dan anak-anak, sekitar 370 an. Anak-anak yang berada di bawah usia 10 tahun ada 82 anak terdampar, itu anak Indonesia, anak kita," pungkasnya.