Pixel Codejatimnow.com

Turunkan Kasus Stunting, BKKBN Jatim Merekrut Satgas

Editor : Zaki Zubaidi  Reporter : Farizal Tito
Proses perekrutan Satgas Stunting (Foto: Humas BKKBN Provinsi Jawa Timur)
Proses perekrutan Satgas Stunting (Foto: Humas BKKBN Provinsi Jawa Timur)

Surabaya - Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Timur merekrut Satuan Tugas Percepatan Penurunan Stunting (Satgas Stunting) di tingkat pusat hingga kabupaten/kota. Strategi tersebut merupakan langkah untuk percepatan penurunan kasus stunting di Indonesia.

Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur, Dra. Maria Ernawati, M.M mengatakan perekrutan Satgas Stunting sudah dilakukan berjenjang, sejak pekan lalu dan sudah tahapan wawancara.

"Pada rangka percepatan penurunan stunting maka berbagai cara kita lakukan termasuk bagaimana kita merekrut tenaga-tenaga ahli sebagai pemikir baik di level pusat, provinsi maupun kabupataen/kota untuk memberikan masukan bagi kami bagaimana pola perencanaan penurunan stunting," kata Maria Ernawati, melalui siaran tertulisnya. Kamis (31/3/2022).

Dijelaskannya, tugas dari Satgas tersebut akan melakukan pendekatan-pendekatan seperti pendekatan intervensi gizi, pendekatan multisektor dan multipihak, serta pendekatan berbasis keluarga berisiko stunting sesuai Perpres No 72 Tahun 2021.

Baca juga:
Berhasil Turunkan Stunting dan Kemiskinan, Wali Kota Eri dan Ketua TP PKK Surabaya Raih Penghargaan Tertinggi BKKBN

Maria menyampaikan total Satgas di Jawa Timur yang akan direkrut itu berjumlah 68 orang yang akan terbagi di tingkat provinsi, tenaga admin serta satgas di kabupaten/kota.

"Kami juga ada Satgas tim pendampingan keluarga berisiko stunting, yakni calon pengantin, calon pasangan usia subur (PUS), ibu hamil dan menyusui sampai dengan paska salin, dan anak 0-59 bulan,” jelasnya.

Baca juga:
7 Alat Kontrasepsi Paling Diminati Masyarakat Jawa Timur

Maria menegaskan meski ujung tombak dari percepatan penurunan kasus stunting itu ada pada tim pendampingan keluarga. Namun tak kalah pentingnya, jika kolaborasi di tingkat lapangan yang terdiri dari bidan, kader tim penggerak pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga serta kader keluarga berencana juga bisa lebih mempercepat melaksanakan pendampingan keluarga berisiko stunting.

"Tahun 2021 angka stunting kita masih 23,5 persen, targetnya tahun 2024 angka stunting kita tinggal 13,4 persen," harap Maria.