Ponorogo - Jika biasanya gamers selalu mengeluarkan umpatan ketika kalah bermain game. Namun itu tidak dilakukan gamers di Kabupaten Ponorogo. Mereka justru mengeluarkan kalimat-kalimat tayibah jika sedang kesal.
Ya, karena sebanyak 180 peserta mengikuti ajang e-sport, Ramadan Super Game di Omah Bantarangin, Desa Sumoroto, Kecamatan Kauman.
Saat ke lokasi, para peserta menggunakan pakaian ala santri. Contohnya menggunakan peci dipadu dengan sarung. Ada pula yang menggunakan peci, baju koko, sarungnya digantungkan di leher.
"Astaghfirullah, sebentar lagi itu kena. Allahu akbar," teriak salah satu peserta, Eko Wahyu Saputra, Senin (11/4/2022) sore.
Mereka menunggu azan Magrib atau ngabuburit dengan cara mengikuti turnamen e-sport Mobile Legend yang diselenggarakan oleh Disbudparpora Ponorogo.
Ketua panitia, Dimas Mahardika mengaku ingin menghilangkan konotasi buruk masyarakat terhadap anak muda yang bermain game.
Jadi secara teknis mereka diwajibkan memakai dress code ala santri. Mereka juga tidak boleh mengumpat. Jika ketahuan melanggar peraturan maka langsung dianggap kalah satu match.
Baca juga:
Kuliner Ceker Setan untuk Berbuka Puasa di Ponorogo, Penyuka Pedas Pasti Suka
"Biasanya para gamers sering mengumpat atau berkata kotor saat bermain game. Kebiasaan buruk itu pun berusaha dihilangkan dengan cara menggelar turnamen ini," kata Dimas.
Tujuannya, ketika bermain game memiliki attitude yang bagus. Jika ada yang berkata kotor, maka diberi sanksi kalah satu pertandingan.
"Total ada 32 tim, yang terdiri dari 160 hingga 180 peserta yang mendaftar. Dari kategori pemula, berkembang maupun profesional. Saat bertanding pun mereka juga harus duduk dengan sopan," urainya.
Baca juga:
Resep Kolak Ubi Ungu yang Manis, Segar dan Praktis untuk Menu Takjil
Sementara, pemrakarsa acara Wisnu Hadi Prayitno mengaku ingin mewadahi para anak muda untuk e-sport di Ponorogo. Apalagi wadah seperti ini belum ada di Bumi Reog.
"Harapannya ini bisa membangun algoritma yang baik dan positif di dunia e-sport. Dimulai dari para pemain yang tidak mengumpat tapi mengucap istighfar," bebernya.
"Ini satu-satunya turnamen e-sport yang pesertanya harus santun, tidak toxic bahasa kotor," pungkas Wisnu.