Gresik - Kabupaten Gresik memiliki banyak warisan tradisi yang telah berusia ratusan tahun. Salah satunya adalah Sanggring kolak ayam di Desa Gumeno, Kecamatan Manyar. Tradisi ini diperingati setiap hari ke-22 Ramadan atau lebih dikenal dengan malam ke-23 Ramadan. Masyarakat setempat secara gotong-royong memasak bersama-sama. Setiba waktu Magrib, mereka lalu menikmati buka puasa masakan kolak ayam di halaman Masjid Sunan Dalem.
Menurut Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani, tradisi Sanggring pertama kali dilakukan Kanjeng Sunan Dalem pada 22 Ramadan 946 H atau 31 Januari 1540 M. Uniknya, juru masak Sanggring kolak ayam hanya dilakukan laki-laki.
"Tradisi kolak ayam tak lepas dari kisah Kanjeng Sunan Dalem, putra kedua Kanjeng Sunan Giri. Beliau melakukan syiar Islam dengan membangun masjid di Desa Gumeno. Namun setelah masjidnya jadi, beliau jatuh sakit," kata Bupati Gresik saat menghadiri acara Semarak Sanggring ke-497, Minggu (24/4/2022) sore.
Dalam kondisi sakit, Kanjeng Sunan Dalem kemudian secara teratur mengonsumsi resep masakan yang konon diberikan Kanjeng Sunan Giri melalui mimpi. Adapun resep tersebut berupa daging ayam yang diberi santan dengan gula merah, daun bawang dan jinten. Masakan ini kemudian dikenal dengan nama Sanggring kolak ayam.
Masakan Sanggring Kolak Ayam (Foto: Sahlul Fahmi/jatimnow.com)
Gus Yani, sapaan akrab Bupati Gresik melanjutkan, nama Sanggring berasal dari kata Sang yang artinya Raja atau Penggedhe. Sedang Gring berarti gering atau sakit. Berdasarkan dua kata tersebut bisa jadi kata Sanggring memiliki makna raja yang sedang sakit.
Baca juga:
Menikmati Bakso Kapok di Lamongan, Rp15 Ribu Ambil Sepuasnya
"Atas kepatuhan warga Gumeno kepada Kanjeng Sunan Dalem, tradisi Sanggring kolak ayam masih tetap diperingati setiap 22 Ramadan atau malam 23 Ramadan," terangnya.
Gus Yani juga mengucapkan terima kasih kepada warga Desa Gumeno yang hingga kini masih tetap menjaga tradisi Sanggring kolak ayam. Kuliner tersebut masuk sebagai salah satu warisan budaya tak benda di Indonesia.
Sementara itu, Kepala Desa Gumeno Hasan Fatoni mengungkapkan bahwa tradisi Sanggring kolak ayam tahun ini panitia membuat 3 ribu bungkus.
Baca juga:
Mencicipi Gulai Kacang Ijo Kembang Jepun Surabaya yang Eksis Sejak 1963
"Bahannya dibutuhkan 250 ekor ayam, 750 kilogram gula merah, 2 kuintal bawang daun, 700 butir kelapa, dan 50 kilogram jinten bubuk dengan biaya sekitar 130 juta rupiah," ungkap Hasan Fatoni.
Ia menambahkan, acara Sanggring kolak ayam tetap digelar saat Pandemi Covid-19. Hanya saja, acaranya menerapkan protokol kesehatan ketat dan sangat terbatas.
"Alhamdulillah tahun ini peringatan acara Sanggring kolak ayam sudah bisa digelar secara terbuka," pungkas Hasan.