Sidoarjo - Tingkat kematian hewan yang terdampak penyakit mulut dan kuku (PMK) di Kabupaten Sidoarjo masih tergolong rendah. Peternak sapi diminta untuk tidak panic selling.
Sub Koordinator Kesehatan Hewan Fungsional Medik Veteriner Muda Dispaperta Sidoarjo, drh. Rina Vitriasari saat ditemui memaparkan bahwa meski tingkat infeksiusnya tinggi namun tingkat kematian hewan yang terjangkit PMK masih tergolong rendah.
"Mohon masyarakat tetap tenang tidak usah panic selling atau menjual ternaknya kemana-mana yang tambah memperberat tingkat infeksiusnya, karena PMK ini tingkat infeksiusnya cukup tinggi bisa mencapai 100% tapi tingkat kematiannya masih tergolong rendah di Sidoarjo yakni 1,5%,” papar Rina, Selasa (10/5/2022).
Berdasar dari data yang diberikan oleh Dinas Pangan dan Pertanian Sidoarjo yang menangani kasus ini, total 744 sapi telah terdampak 14 sapi dilaporkan mati dan 18 sapi dipotong paksa.
Baca juga:
5 Sapi di Tulungagung Mati Mendadak, 1 Ekor Positif Antraks
Lebih lanjut ia menekankan bahwa pihaknya telah melakukan tindakan pengobatan secara simptomatis
"Kita juga melakukan komunikasi informasi edukasi (KIE) tentang penyakit ini bahwa penyakit ini bukan penyakit zoonosis atau penyakit ini tidak menular ke manusia,” imbuhnya.
Baca juga:
Kasus Lumpy Skin Disease di Trenggalek Naik karena Capaian Vaksin Rendah
Tidak hanya itu, drh. Rina juga memastikan bahwa daging sapi yang harus dipotong paksa karena telah positif terdampak PMK tersebut masih bisa dikonsumsi.
"Dagingnya pun masih aman di konsumsi asal dengan pemasakan yang sesuai. Jadi apabila ada indikasi PMK dan terpaksa harus di potong maka kita akan arahkan ke RPH tidak boleh memotong sendiri," tutupnya.