Pixel Code jatimnow.com

Kasus Demam Berdarah di Kota Probolinggo Meningkat, 3 Pasien Meninggal

Editor : Narendra Bakrie   Reporter : Mahfud Hidayatullah
Pemberantasan sarang nyamuk dengan cara fogging di Kota Probolinggo (Foto: Mahfud Hidayatullah/jatimnow.com)
Pemberantasan sarang nyamuk dengan cara fogging di Kota Probolinggo (Foto: Mahfud Hidayatullah/jatimnow.com)

Probolinggo - Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Kota Probolinggo mencatat ada kenaikan kasus demam berdarah dengue (DBD). Tiga pasien meninggal dunia.

Berdasarkan data Dinkes P2KB Kota Probolinggo, mulai Januari hingga Mei 2022, ada 161 orang terinfeksi virus dengue dengan tiga kasus pasien meninggal.

"Dibandingkan tahun lalu, berarti bulan Januari sampai bulan Mei Tahun 2021 dengan Januari sampai Mei 2022 ini, ada kenaikan sekitar 33 persen. Itu akumulasi," jelas Plt Kepala Dinkes P2KB Kota Probolinggo, dr NH Hidayati, Jumat (13/5/2022).

Terkait naiknya kasus DBD ini, dr Ida-sapaan akranya mengatakan, perubahan cuaca menjadi salah satu pendorong berkembangnya populasi sarang nyamuk pembawa virus DBD.

"Sebenarnya tipe cuaca yang seperti ini yang menimbulkan penyebaran populasi nyamuk itu khususnya DBD, malah lebih meningkatkan perkembangan nyamuk itu sendiri," jelas dr Ida.

Untuk mencegah wabah DBD, Dinkes P2KB Kota Probolinggo telah mengeluarkan Surat Edaran tanggal 1 Desember 2021 tentang Kewaspadaan Demam Berdarah Dengue yang berisi imbauan untuk melakukan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M plus, yakni menguras, menutup tempat penampungan air dan mendaur ulang barang bekas serta aktivitas lainnya yang dapat mencegah gigitan nyamuk dan berkembangnya jentik-jentik nyamuk.

Kedua, menerapkan Satu Rumah Satu Jumantik (Juru Pemantau Jentik), di mana setiap rumah harus ada satu orang yang bertugas secara rutin memantau tempat penampungan air agar jentik tidak sampai berkembang menjadi nyamuk dewasa.

Baca juga:
Waspada! Kasus DBD di Lamongan Melonjak saat Musim Kemarau

Kemudian sosialisasi kewaspadaan DBD juga secara meluas telah dilakukan oleh Dinkes P2KB, baik melalui media massa, siaran keliling hingga ke pengajian warga. Serta pemberian abate secara gratis melalui kader posyandu dan puskesmas.

Untuk pencegahan ke depan, dr Ida berpesan kepada masyarakat agar selalu waspada dan selalu menjaga kebersihan lingkungan agar tidak menjadi sarang jentik nyamuk.

"Yang pertama jangan menganggap remeh terhadap sakit yang biasa, segera berobat jika ada gejala demam lebih dari dua hari. Kemudian menjaga kebersihan lingkungan, karena dari lingkunganlah muncul sarang nyamuk. Ketiga pengaktifan satu rumah satu kader jumantik," papar dia.

Baca juga:
Kasus DBD Sidoarjo Melonjak 40 Persen, Waspada Lur!

Diketahui, hingga 10 Mei 2022, Kanigaran menjadi kelurahan yang memiliki kasus DBD terbanyak dengan 64 kasus dan 1 kasus meninggal. Disusul Kelurahan Mayangan dengan 46 kasus, Kelurahan Kademangan 27 kasus dan 1 orang meninggal, Kelurahan Kedopok 15 kasus, serta Kelurahan Wonoasih 9 kasus dan 1 orang meninggal.

Menurut dr Ida, adanya pasien DBD yang meninggal tersebut diawali dari kurangnya kewaspadaan dari pasien maupun keluarga pasien.

"Masyarakat sendiri dari pribadinya itu tidak boleh lengah terhadap segala sesuatu atau tidak boleh dianggap remeh. Sekecil apapun sakit itu kita tetap harus waspada," tegas dia.