Surabaya - Gerakan Mahasiswa Surabaya (GMS) kembali berkiprah di masyarakat sebagai salah satu organisasi kemahasiswaan dengan mengedepankan egaliter tanpa berorientasi pada politik.
Semangat tersebut kembali dikobarkan oleh organisasi yang telah berusia 70 tahun itu pascabangun dari tidur panjangnya selama 3 dekade dan aktif pada tahun 2009.
"GMS memiliki sejarah ketika 1952 sampai dengan awal 1980 kami masih eksis. Kemudian karena kebijiakan NKK/BKK waktu itu kami tersapu sehingga tidak melahirkan kader-kader baru selama kurang lebih 3 dekade," kata Dewan Keanggotaan GMS M. Harris Indra Sukma saat ditemui di Grand Surabaya, Minggu (22/5/2022).
Harris Indra menjeaskan, di usia ke-70 tahun GMS ini, prinsip egaliter dikedepankan agar masyarakat dan mahasiswa dapat menjadi satu dalam melakukan aksi pergerakan sosial. Dan disamping itu juga menawarkan independensi ke kaum mahasiswa sebagai warna asli organisasi.
Baca juga:
Prakiraan Cuaca Surabaya Minggu 8 Desember: Sejuk Sendu di Akhir Pekan
"Sebetulnya dari awal kita tidak pernah merubah warna dan nilai organisasi GMS itu sebagai organ mahasiswa yang independen kemudian beridealis Pancasila yang sangat kuat sebagai kultur, kemudian kami memegang teguh intelektual, keilmiahan, profesioan serta kepemimpinan konstruktif," urainya.
Dalam proses kaderasisasi, GMS yang hingga saat ini tercatat memiliki 2 ribu orang tersebut tidak berorientasi pada politik. Hal inilah yang membedakan organisasi kemahasiswaan Surabaya tersebut dengan yang lainnya.
Baca juga:
Info Gangguan PDAM Surabaya, 20 Wilayah Diimbau Tampung Air
"Karena biasanya kental mahasiswa kampus itu geraknya selalu ke arah politik. Kami menyeimbangkan ke arah dua dunia. Yaitu komunitas self development dan juga pergerakan itu sendiri," terang Harris.