Pixel Codejatimnow.com

Kisah Kyai Alam Taro dan Misteri Makam Keramat Banyuarang Jombang

Editor : Zaki Zubaidi  Reporter : Elok Aprianto
Areal makam keramat yang ada di Dusun Banyuarang, Desa Banyuarang, Kecamatan Ngoro, Jombang. (Foto-foto: Elok Aprianto/jatimnow.com)
Areal makam keramat yang ada di Dusun Banyuarang, Desa Banyuarang, Kecamatan Ngoro, Jombang. (Foto-foto: Elok Aprianto/jatimnow.com)

Jombang - Sebuah areal pemakaman yang terletak di tengah sawah di Dusun Banyuarang, Desa Banyuarang, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, mempunyai sederet kisah mistis. Makam itu diyakini merupakan makam salah satu keturunan dari Jaka Tingkir atau biasa disebut Sultan Hadiwijaya.

Di area makam tersebut terdapat bangunan utama berbentuk joglo. Di tempat tersebut terdapat makam dari Kyai Alam Taro. Kyai Alam Taro ini merupakan santri atau murid dari Kyai Muhtar. Dan sosok Kyai Muhtar ini merupakan keturunan dari Pangeran Benowo, putra dari Sultan Hadiwijaya.

Kepala Desa Banyuarang, Achmad Ansori Wijaya, mengatakan bahwa makam yang ada di Desanya memang dikenal keramat.

"Dulu kalau ada burung yang terbang di atas makam, banyak yang mati secara mendadak. Makanya makam ini dianggap keramat," ungkap Wijaya, Kamis (26/5/2022).

Tak hanya itu, dikatakan Wijaya, banyak sekali cerita yang beredar di masyarakat tentang kesakralan makam mbah Kyai Muhtar, yang merupakan keturunan dari Sultan Hadiwijaya. Ia menyebut, di makam itu, banyak sekali warga yang mendapatkan benda bertuah.

"Dalam era sekarang, warga banyak yang menemukan benda-benda bertuah. Tapi kebanyakan setelah diambil dibawa pulang itu diminta dikembalikan,” bebernya.

Wiajaya menyebut, saat itu warganya menemukan minyak gaib. Dimana minyak itu mampu memberikan kesembuhan bagi orang-orang yang sakit.

“Minyak ini sangat luar biasa, orang lumpuh dikasih minyak itu langsung jalan. Tapi malam harinya langsung disuruh mengembalikan, itu salah satu warga saya yang menemukan dan itu nyata, saya sendiri juga menyaksikan itu,” paparnya.

Ia mengkau, ada juga warga yang menemukan sebilah keris. Namun, keris itu juga diminta untuk dikembalikan oleh penunggu yang ada di makam.

“Di situ juga banyak harta, seperti piring, mangkok yang terbuat dari emas,” katanya.

Lnataran khawatir diambil orang, pihak desa melarang siapapun orang luar yang datang ke makam hanya untuk mengambil benda-benda bertuah tersebut.

“Kami memang melarang agar benda-benda ini tidak diambil, karena untuk menjaga kemistisan yang ada di makam itu tadi,” ucapnya.

Baca juga:
Spoiler One Piece Episode 1092: Teka-teki Pulau Egghead dan Dr Vega Punk

Wijaya mengaku Mbah Kyai Muhtar dulunya dikenal dengan sosok orang yang gemar syiar agama Islam di wilayah tersebut. Dan memiliki murid atau santri yang diberi nama Kyai Alam Taro.

“Dulu ada gubuk-gubuk yang dipergunakan sebagai pondok bagi pengikutnya waktu itu. Muridnya ini ada yang gak bisa ngaji, tapi saat disuruh baca Alquran yang bisa dibaca hanya Surat Alamtaro (Al-Fil), makanya diberi nama Kyai Alam Taro,” tuturnya.

Setelah diangkat menjadi murid, Kyai Alam Taro ini bertapa dalam hutan, sembari membawa air. Setelah dibacakan Surat Al-Fil, air yang dibawa ini berubah menjadi kental, seperti minyak.

“Nah dari sini muncullah nama Banyuarang, yang berarti banyu itu air dan arang itu jarang atau sedikit. Maka lahirlah nama Desa Banyuarang, desa yang airnya sedikit, dan banyak minyaknya,” imbuhnya.

Ditanya terkait sosok apa saja yang sering muncul di area pemakaman itu, Wijaya mengaku ada dua sosok macan putih yang sering menampakkan diri pada warga maupun orang yang berkunjung ke makam.

“Itu ada penampakan macan putih, Makanya sampai menjadi tenar kalau orang yang ke makam itu sering ditungguin macan putih, kalau gak gitu macannya lewat, dan itu sampai hari ini masih ada cerita-cerita penampakan itu,” tegasnya.

Dua macan putih ini merupakan perwujudan khodam dari Kyai Muhtar.

Baca juga:
Arah Dukungan Gusdurian, Pohon Menangis, Happy Ending

“Kalau ceritanya itu adalah ilmunya Mbah Kyai, istilahnya khodamnya. Kalau cerita itu saya sudah dapat sejak embah-embah saya. Dimana khodamnya itu sering keliling ke desa, dengan perwujudan macan putih. Mbah saya juga pernah bertemu dengan macan putih ini, saat di dapur,” ungkapnya.

Ketika ditanya apakah macan putih makhluk gaib atau memang hewan nyata, Wiajaya menjelaskan jika dilihat secara tak kasat mata memang gaib, tapi secara nyata macan ini meninggalkan jejak kaki.

"Dilihat secara itu ya ghoib, tapi kalau dilihat lagi ada tapak kakinya. Ya itu juga yang menjadi aneh. Karena hanya orang tertentu yang ditemui," bebernya.

Sampai sekarang, jika ada pengunjung makam yang hatinya sedang rumit, atau sedang galau, dipastikan pengunjung itu akan ditemui dan diusir dari makam.

“Kalau ada yang ke makam, hatinya galau, ya langsung dicegat itu sama macan putih, di depan pintu masuk makam,” tukasnya.

Hingga kini, makam keramat yang ada di Desa Banyuarang masih ramai dikunjungi peziarah. Khususnya pada hari Kamis malam Jumat, banyak sekali warga Desa atau orang luar yang berkunjung ke makam, untuk berdoa.