Pixel Codejatimnow.com

Kisah Bidan di Bojonegoro: Pasien Meninggal Akibat Jalan Dusun Buruk

Editor : Budi Sugiharto  
Dusun Bangeran/ Google Maps
Dusun Bangeran/ Google Maps

jatimnow.com - Menjadi bidan di Desa Bobol, Kecamatan Sekar, Kabupaten Bojonegoro, harus tahan banting karena daerah yang menjadi tanggungjawabnya sebagian di bebukitan dan akses yang buruk.  

Dusun Bangeran yang terletak di nan jauh dari pusat kota Bojonegoro, merupakan salah satu menjadi tanggungjawabnya. Akses jalan dusun yang berbatasan dengan Kecamatan Karangjati, Kabupaten Ngawi ini rusak parah, membuat warga 'terisolisir' ketika hujan mengguyur.

Kondisi geografis dusun yang terletak di bebukitan dan dikepung hutan jati di wilayah selatan Bojonegoro ini membuat bidan Poliklinik Desa (Polindes) kadang harus punya memeras akal dalam menangani pasien.

"Yang paling susah saat kita butuh segera membawa orang ke rumah sakit atau dibawa ke tempat yang lebih memadai," ujar Sumiyati, bidan yang tugas di Polindes Kaliwekas Desa Bobol, Senin (9/7/2018).

 

WhatsApp_Image_2018-07-10_at_10.38.34WhatsApp_Image_2018-07-10_at_10.38.34

Sumiyati, bidan yang tugas di Polindes Kaliwekas Desa Bobol


Ia mengaku sering saat membawa pasien dari Dusun Bangeran dibawa secara estafet karena akses yang menyerupai medan off road. Pasien awalnya diangkut dengan kendaraan jenis jip yang kemudian di tempat yang jalannya sudah baik dipindah ke mobil Puskesmas Keliling (Pusling) Kecamatan Sekar.

"Kita ketemuan di jalan, kemudian pasien dibawa pusling ke rumah sakit," tutur dia di depan Bupati Bojonegoro terpilih Anna Mu'awanah yang datang menemui warga.

Bidan yang asli warga Bangeran itu menambahkan ketika hujan mennguyur, maka mobil pusling tidak bisa menjangkau rumah warga. Warga yang sakit, dibawa ke Polindes Kaliwekas di dusun lain yang ada di Desa Bobol.



"Kalau musim hujan, dengan naik sepeda motor. Kadang kita terpaksa harus berjalan kaki," terangnya.

Sumiyati yang bertugas di Polindes Kaliwekas sejak tahun 2014 ini menceritakan pengalamannya ketika mengantar orang sakit. Nyawa pasien tak tertolong ketika kendaraan pusling terhambat saat melewati jalan yang mirip arena off road itu.

"Pernah menghubungi pusling yang rencananya akan merujuk pasien ke rumah sakit. Ketika di tengah perjalanan (kondisi medan sangat berat), pasien meninggal dunia. Saya merasa ikut berdosa," tuturnya.

Sumiyati yang pernah bertugas di Puskesmas Karangjati, Kabupaten Ngawi ini menceritakan, kondisi jalan yang rusak membuat bidan yang ditugaskan di Desa Bobol, tidak betah dan tidak menetap di Dusun Bangeran.

"Kalau saya sudah terbiasa, karena memang saya warga dusun sini (Bangeran). Ketika ada kesempatan, saya ingin mengabdikan diri untuk saudara-saudara saya di sini," katanya.

Ia menambahkan, Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di dusunnya cukup tinggi. Kehamilan di luar nikah juga banyak. Karena salah satu faktornya adalah infrastruktur jalan yang buruk. Namun, dalam beberapa tahun terkahir ini, di Desa Bobol sudah ada Posyandu Serta jemput bola memberikan penyuluhan bagi masyarakat.



"Saya sangat berterima kasih sekali karena bisa mengabdikan saya di tempat kelahiran saya, walaupun apa yang saya dapatkan belum yang seperti saya inginkan. Tapi saya ikhlas, karena yang saya tolong adalah saudara-saudara saya," tuturnya.

Sumiyati berharap pemerintah daerah hadir dan membangun infrastruktur jalan yang layak untuk masyarakat di Desa Bobol.

"Harapan saya semoga infrastruktur atau jalan ini tertata dengan baik. Kemudian lebih cepat dan lebih mudah menangani masalah-masalah kesehatan yang ada di sini," harapnya.

Reporter: Rois Jajeli
Editor: Budi Sugiharto