Surabaya - Universitas 17 Agustus (Untag) Surabaya menampilkan parade karya 30 Make Up Artist (MUA) berupa para dewi yang lengkap dengan kostum dan mahkotanya saat Legenda Indonesia.
Parade yang digelar untuk memperingati Hari Lahir Pancasila dan Bulan Bung Karno, ini menjadi bagian dari Sarasehan dan Pagelaran Ragam Kecantikan Budaya Indonesia yang dinamakan Swastamita Arunika.
Ketua Pelaksana, Abraham Ferry Rosando mengungkapkan, parade ini merupakan kegiatan Untag Surabaya untuk memperingati Hari Lahir Pancasila dan Bulan Bung Karno.
"Kami menggandeng beberapa stake holder untuk mengisi kegiatan di sini. Termasuk menggandeng para perias Indonesia untuk merias berbagai lakon Legenda di Indonesia," ujar Ferry, Rabu (22/6/2022).
Parade Karya 30 Make Up Artist (MUA) di Untag Surabaya
Dengan kegiatan yang digelar di Gedung H Roeslan Abdulghani Untag Surabaya, diharapkan kaum milenial yang muda bisa memperingati Indonesia lewat legenda.
Secara khusus, tiga MUA menampilkan teknik meriasnya pada tiga sosok dewi yang mengikuti parade, yaitu Dewi Sri, Dewi Saraswati dan Boru Raja.
Perias tokoh Dewi Sri, Rusmawan Fadli mengungkapkan, sebenarnya untuk karakter dewi di masa lalu tentunya identik dengan make up natural. Namun karena dalam parade ini, dirinya harus menunjukkan karakter dewi yang kuat, ia pun memilih make up bold dengan teknik manual.
"Inspirasinya Dewi Sri ini Dewi Padi dan Kesuburan. Jadi saya memberikan make up cantik dan tambahi manik yang mirip padi di bawah mata," ujarnya.
Baca juga:
Eksistensi Batik Khas Lamongan, Potensi Penjualan Tembus Rp20 Miliar
Parade Karya 30 Make Up Artist (MUA) di Untag Surabaya
Untuk kostum, Wawan-sapaan akrabnya, memilih gayatri dengan bahan yang ringan untuk memberikan kesan bidadari yang merupakan karakter Dewi Sri.
"Lebih ke karakter Dewi Sri yang akan jadi bidadari, maka saya pakai bahan yang agak ringan. Dan mahkota saya ambil dari batangnya padi saat pulang ke kampung sehingga bisa menggambarkan Dewi Kesuburan," ujarnya.
Sementara itu, Aixa Paramitha, perias tokoh Dewi Gayatri Rajapatmi mengungkapkan, memilih make up bold dengan teknik brush agar lebih menyatu dengan kulit dan tahan lama.
Karena kostum yang digunakan berat dan berlapis, sehingga kemungkinan keringat model akan berlebih. Selain itu karakter cantik dan wibawa Gayatri yang merupakan ratu menurutnya bisa tercermin dari tampilan make up bold.
Baca juga:
Peringatan Hari Ibu di Ponorogo, Bupati hingga Kapolres Berlenggak-lenggok di Atas Catwalk
Parade Karya 30 Make Up Artist (MUA) di Untag Surabaya
"Jadi make up kekinian tapi tetap memiliki makna masa lalu. Ini impian saya secara pribadi untuk bisa merias tokoh legenda nusantara. Makanya saya sangat exited dan all out. Semua detail saya pertimbangkan untuk tampil maksimal," ungkapnya.
Sementara untuk kostum, Aixa memilih batik tulis dari Dyah Gardania berupa ekor jubah. Untuk kelengkapan kostum seperti hiasan bahu, mahkota hingga hiasan lengan sengaja ia modifikasi sendiri.
"Jadi saya ada observasi gayatri dulu, adanya patung arca ya saya pelajari untuk membuat kelengkapannya, seperti mahkota 80 persen kemiripan. Sementara hiasan bahu ini untuk ratu saya bedakan dengan dewi lain yang ada di legenda. Jadi saya berikan kemewahan hakiki," tandasnya.
URL : https://jatimnow.com/baca-46616-momen-para-dewi-legenda-indonesia-adu-kecantikan-di-untag-surabaya