Pixel Codejatimnow.com

Begini Respon Warga Bojonegoro Tentang Mbah Balok

Editor : Budi Sugiharto  
Mbah Balok/Foto: Siti Ainur Rodhiyah
Mbah Balok/Foto: Siti Ainur Rodhiyah

jatimnow.com -  Monumen Mbah Balok di Alun-alun Bojonegoro, Jawa Timur membawa rezeki bagi padagang. Awal dipajang Tahun 2015, warga mengalir datang kerena penasarannya.

Sugiyanto(42), pedagang mie ayam mengaku kecipratan berkah monumen yang digagas oleh Bupati Suyoto. Politisi PAN yang dua periode memimpin ini sebelumnya memboyong batu raksasa dari hutan Gondang ke depan pendopo. Batu yang kini jadi jujugan swafoto itu dijuluki Watu Semar.

"Awalnya warga ramai mengunjungi kayu balok bersama keluarganya. Waktu itu mie ayam saya banyak yang membeli", ungkap pedagang asal Kelurahan Ledok Kulon saat ditemui tak jauh dari Mbah Balok, Jumat (13/7/2018).

Selain itu, ia juga menjelaskan bahwa masyarakat yang datang dan bersantai di Mbah Balok adalah pengunjung RSI Aisyiyah yang lokasinya berseberangan dengan Mbah Balok.

Baca juga:
Video: Destinasi Liburan Beraroma Sejarah di Bojonegoro



"Sambil menunggu keluarga atau kerabat yang sakit, warga kebanyakan pilih Mbah Balok untuk duduk dan tidur-tiduran. Kadang juga mampir beli mie ayam saya ini", terangnya.

Sementara itu, seorang pemuda yang ditemui tengah bersantai di Mbah Balok, Khoirul Fuad Al Wafa (23) menjelaskan bahwa dirinya sering kali mampir di Mbah balok untuk beristirahat sambil membaca buku.

"Saya merasa nyaman di sini, karena tempatnya teduh. Apalagi kalau sambil membaca buku bisa sampai sore", terang pemuda asalRT 007 RW 001 Desa Pilanggede, Kecamatan Balen.

Mbah Balok bukan lah manusia. Dia adalah sebatang kayu jati yang primitif. Balok adalah sebutan khas orang Bojonegoro bagi kayu jati.

Memiliki panjang 17 meter dan berdiameter 45 cm, kayu jati yang modelnya mirip lesung itu dipajang di pojok selatan alun-alun.

Pemkab Bojonegoro menjadikan Mbah Balok yang dipajang 7 November 2015 sebagai 'Monumen Gotong Royong Kayu Jati' yang juga sebagai cagar budaya.

Kontributor: Siti Ainur Rodhiyah
Editor: Budi Sugiharto

Baca juga:
Jangan Kotori Taman Mbah Balok