Bojonegoro - Jalan-jalan ke Bojonegoro rasanya kurang lengkap jika belum mencicipi sensasi kuliner lontong tahu di kawasan Sumberrejo. Lontong tahu Mbah Katinem sudah ada sejak tahun 1970.
Lokasinya persis depan pasar Sumberrejo, 200 meter sisi timur perempatan lampu merah Jalan Sumberrejo Bojonegoro. Lapaknya sangat sederhana. Hanya berbentuk gerobak pikul yang ditutup kain agar tidak terkena debu secara langsung.
Berbekal lampu minyak alias ublik, warung lontong tahu milik Mbah Katinem itu masih tetap eksis hingga sekarang. Mbah Katinem mulai membuka warungnya saat malam hari, mulai pukul 19.00 WIB hingga habis.
Bahannya pun cukup sederhana, hanya irisan lontong, tahu, sambel kacang, kecap, dengan tambahan toping kacang goreng dan bawang goreng.
Berbekal Rp10 ribu saja, pengunjung bisa menikmati sensasi legit lontong tahu yang sudah 52 tahun ini.
"Mbiyen regane Rp300 repes pas sak durung e pasar kobongan (dulu harganya Rp300 sebelum pasar kebakaran)," ucap Mbah Katinem kepada jatimnow.com.
Menurut pengakuan Mbah Katinem, dalam sehari setidaknya menghabiskan 5 kilogram beras sebagai bahan utama membuat lontong, 2 ember berisi tahu dan sekitar 4 kilogram kacang tanah sebagai bahan dasar pembuatan bumbu sambal dari kudapan yang dijualnya.
Terkait resep rahasia bumbu lontong tahu yang begitu nikmat, wanita asli kelahiran Magetan ini menuturkan bumbu tersebut tak ubahnya sambal kacang pada umumnya. Hanya saja pengolahannya yang masih tradisional yakni dengan diulek serta pemilihan bahan yang berkualitas berikut racikan dan takaran yang pas menjadikan cita rasanya tetap terjaga.
"Nak bumbune di giling rasane gak iso sedep (Kalau bumbunya digiling rasanya jadi kurang sedap)," ungkap Mbah Katinem sembari meracik bumbu di cobek besar.
Mbah Katinem berjualan tak sendirian. Ia dibantu oleh saudaranya yang akrab disapa Mak Ning yang bertugas mengingatkan jumlah pesanan, menyiapkan tahu serta mengulek bumbu sambel kacang racikan dari Mbah Katinem.
Baca juga:
3 Tahap Kembangkan Bisnis Kuliner di Indonesia
Menurut kesaksian Mak Ning, Mbah Katinem sudah berjualan lontong tahu sejak beliau berusia 16 tahun sampai sekarang. Mbah Katinem pernah dibujuk dan dirayu oleh keluarga untuk berhenti bekerja berjualan lontong tahu sampai larut malam dengan alasan usia beliau yang sudah tak muda lagi juga demi kesehatan beliau. Namun Mbah Katinem tetap memilih untuk bekerja, lantaran dirasa masih kuat dan sehat.
"Sering mas diminta berhenti sama keluarga disuruh di rumah saja. Tapi ya tetap pengen terus jualan katanya masih kuat dan tidak mau repotkan," ujar Mak Ning.
Sementara itu, salah seorang pelanggan setia lontong tahu Mbah Katinem, Aziz (32) warga setempat mengaku cita rasa dari lontong tahu buatan Mbah Katinem begitu nikmat dan khas.
"Rasa sambal kacangnya itu medok dan khas, terlebih mbah e kalau jualan itu adil harus antre, dan dilayani sesuai antrean," ungkap Aziz.
Baca juga:
Menikmati Bakso Kapok di Lamongan, Rp15 Ribu Ambil Sepuasnya
Senada juga disampai kan oleh salah seorang yang mengaku pelanggan setia generasi kedua, Arifin (42) warga Gresik. Ia mengatakan setiap pulang ke Bojonegoro terkadang menyempatkan waktu untuk bernostalgia menikmati lontong tahu Mbah Katinem.
Pria kelahiran asli Bojonegoro ini menuturkan dulu bapaknya juga langganan lontong tahu ini. Setiap kali usai panen dia biasanya diajak untuk menikmati makanan ini.
"Dulu ketika habis panen padi dan tembakau diajak bapak makan lontong tahu ini. Rasanya tetap enak masih sama seperti dulu," ungkapnya.
Menurutnya ada teladan yang patut dicontoh dari sosok Mbah Katinem, yakni jujur, kerja keras, terus berusaha dan jangan berharap belas kasihan.
"Beliau luar biasa, gak pernah berubah dari dulu kembalian lebih di suruh ngambil tidak mau, tetep diberi kembalian," bebernya.