Surabaya - Elektabilitas Partai Demokrat terus merosot di Jawa Timur. Dalam rilis Surabaya Survey Center (SSC), elektabilitas partai berlambang mercy ini nyaris setara dengan Partai Golkar di angka 6,8%.
Peneliti Senior SSC, Surokim Abdussalam mengungkapkan, gejolak Musda yang berbuntut pada mundurnya Bayu Airlangga membuat elektabilitas Demokrat merosot.
"Jelas punya pengaruh Musda, hingga ramai-ramainya kemarin. Mundurnya Mas Bayu juga membuat internal Demokrat ini goyah," ujar Surokim usai rilis survei SSC di Surabaya, Senin (29/8/2022).
Menurut Surokim, mundurnya Bayu dari Demokrat Jatim berdampak besar pada merosotnya elektabilitas Demokrat. Berlabuhnya menantu mantan Gubernur Jatim Soekarwo itu ke Golkar juga ditengarai menjadi faktor selanjutnya.
"Karena Mas Bayu juga pindah ke Golkar otomatis bawaannya ikut. Mas Bayu kan ya tokoh dengan di belakangnya ada Pakde Karwo. Gerbong kepindahan kader Demokrat ke Golkar itu juga harus diselesaikan Demokrat kalau gak ingin kehilangan ceruknya," ungkap dia.
Surokim menyebut, merosotnya suara Demokrat harus bisa dimanfaatkan oleh Partai Golkar. Partai berlambang beringin tersebut saat ini semakin kompetitif dan punya peluang sangat besar menyalip Demokrat.
Baca juga:
Elektabilitas Capres-cawapres di Jatim jelang 4 Hari Pencoblosan
"Masih ada waktu satu tahun enam bulan semua perkembangan masih terjadi. Tapi posisi hari ini Golkar patut menyambut baik karena bisa kompetitif terhadap Demokrat. Ini menarik irisannya sama antara Demokrat dan Golkar," jelasnya.
"Kalau kemudian ini bisa dikelola dengan baik dan di-maintenance baik, potensi Golkar nyalip dan menjauh dari Demokrat sangat besar. Apalagi Demokrat sekarang proses rekonsiliasi di internalnya," sambung Surokim.
Tidak hanya faktor Bayu, Surokim melihat gaya kepemimpinan Sarmuji di Golkar ia lihat mampu menjaga ritme partai tetap kondusif. Hal itu menjadi keuntungan untuk menggaet suara rasional.
Baca juga:
Daftar Elektabilitas 18 Parpol di Jatim 2 Pekan Jelang Pencoblosan
Sementara tugas berat yang diemban oleh Emil Dardak sebagai Ketua DPD Demokrat Jatim. Dengan sisa waktu 1 tahun 6 bulan menjelang Pileg 2024, Emil harus bisa menghilangkan egonya untuk suara Demokrat.
"Ini pertaruhan Mas Emil bagaimana mengonsolidasikan internal Demokrat, apa bisa mulus atau tidak. Kalau Mas Emil bisa konsolidasi dengan baik, dan merangkul faksi berseberangan, hasilnya akan baik. Dan Mas Emil harus sering turun sebagai ketua partai, tidak hanya wagub saja," tegasnya.
"Di sisi lain, partai level tengah berharap konsolidasi Demokrat tidak mulus. Ini catatan untuk Demokrat kalau tidak bisa merawat maka ceruk suara akan diambil partai lain," tandasnya.