Pixel Codejatimnow.com

Pansus Target Perubahan Dua Nama Jalan di Surabaya Rampung Agustus

Wakil Ketua Pansus Perubahan Nama Jalan, Agustin Poliana.
Wakil Ketua Pansus Perubahan Nama Jalan, Agustin Poliana.

jatimnow.com — Rencana pergantian nama jalan oleh Pansus Perubahan Nama Jalan DPRD Surabaya untuk Jalan Dinoyo menjadi Jalan Sunda dan Jalan Gunungsari berubah menjadi Jalan Prabu Siliwangi ditargetkan rampung Agustus mendatang, bertepatan dengan HUT Kemerdekaan RI ke 73.

Wakil Ketua Pansus Perubahan Nama Jalan, Agustin Poliana menyebutkan, sinyal rekomendasi pergantian nama jalan itu sudah melalui rumusan serta masukan dari sejarawan dan pakar dari Unair dan Unesa.

"Dalam pembahasan perubahan nama jalan, pansus akan memanggil warga terdampak, Rabu (25/7/2018). Apabila masyarakat menyetujuinya, pemerintah akan memberikan pelayanan secepatnya,” tuturnya.

Politisi PDIP ini mengakui, dampak perubahan nama jalan, dokumen kependudukan dan lainnya akan berubah, seperti E-KTP, STNK, BPKB, rekening bank, dan sertifikat tanah serta dokumen lainnya. Untuk mengatasi masalah administrasi itu, pemerintah kota akan menyiapkan Sekber dan Call center.

“Seluruh biaya akan ditanggung pemerintah Provinsi,” katanya.

Ketua Komisi D ini menyatakan, perubahan nama jalan tak terjadi seluruhnya. Di Jalan Dinoyo, hanya 300 meter dari nama jalan sebelumnya akan diganti Jalan Sunda.

Sedangkan, di Gunung Sari, dari 3.200 meter panjang Jalan gunung sari, hanya 2.000 mter yang diganti menjadi Jalan Prabu Siliwangi. “Di Dinoyo 30 KK yang terdampak, sementara di Gunungsari 300 KK,” katanya.

Agustin memperkirakan, apabila ada persetujuan dari warga, pembahasan Raperda Perubahan Nama Jalan akan tuntas pada awal Agustus.

Selanjutnya, berdasarkan rencana 17 Agustus saat HUT Kemerdekaan RI, perubahan nama jalan akan diresmikan.

Sinyal keputusan itu, tambahnya. Juga berdasarkan ulasan dari pengamat, yang mengungkapkan sepanjang perubahan tersebut dalam bingkai NKRI tak ada masalah.

“Kalau ada jalan-jalan yang nama-namanya bukan identitas Surabaya, kenapa warga tak protes,” ujarnya menirukan para pakar yang diundang dalam pertemuan dengan pansus DPRD beberapa waktu lalu.

Ia menyayangkan, terdapat nama-nama jalan yang baru tanpa mencerminkan asal-usul daerah setempat. Seperti yang ada di kawasan elit Surabaya Barat.

Baca juga:
Pengendara di Surabaya Sambat Speed Trap yang Terlalu Tinggi, Bikin Pemotor Nyaris Nyungsep

Berbeda dengan Pansus, sebagian anggota dewan lainnya, Vinsensius Awey bersikukuh menolak perubahan dua jalan tersebut. Awey mengatakan, alasannya karena dua jalan tersebut mempunyai nilai sejarah yang panjang.

“Sejak zaman (penjajahan) Daendels jalan tersebut tak diubah,” tuturnya.

Ia mengaku, tak mempermasalahkan alasan rekonsiliasi antara Jawa timur dan Jawa Barat. Seperti yang tercantum dalam sejarah dua daerah ini hubungannya kurang harmonis pasca perang bubat antara Kerajaan Majapahit dan Sunda. Awey mendukung upaya rekonsiliasi tersebut.

“Tapi kalau ada perubahan nama jalan yang sudah mempunyai sejarah sedikit atau panjang, sama saja merubah sejarah,” ujar Politisi Partai Nasdem.

Awey menyarankan, dari pada mengganti nama jalan yang bersejarah, lebih baik mengganti nama jalan lain yang tak mempunyai nilai historis seperti Jalan Darmo Boulevard yang ada di sekitar PTC, Kawasan Surabaya Barat.

“Disitu hampir nilai sejarahnya kecil dan banyak tanah kosong sehingga dampaknya tak besar,” katanya.

Baca juga:
Pemkab Kediri Selesaikan 12 Jembatan dan Puluhan Kilometer Jalan Selama 2022

Upaya lain yang bisa ditempuh, menurutnya, dua nama jalan yang diusulkan yakni Jalan Sunda dan Prabu Siliwangi bisa dijadikan nama Jalan Lingkar Luar Barat (JLLB) dan Lingkar Luar Timur (JLLT).

Awey menyampaikan, langkah lain yang bisa dilakukan untuk merealisasikan rekonsiliasi adalah dengan membangun monumen “The Battle of Bubat”.

Monumen tersebut bisa dibangun di daerah Trowulan, Mojokerto, atau di Ibu Kota Jawa Timur, yakni Surabaya. Kemudian dijadikan panggung budaya, sehingga menarik kunjungan waisatawan.

“Di panggung itu digelar tari-tarian atau budaya Jawa Timur dan Jawa Barat,” usulnya.

Ia mengaku, sebenarnya banyak alternatif yang ditempuh guna mewujudkan rekonsiliasi di daerah Jawa Barat dan Jawa Timur. Namun, untuk merubah nama Jalan Dinoyo dan Gunungsari, ia tetap menolaknya.

Reporter: Fahrizal Tito
Editor: Erwin Yohanes