Pixel Codejatimnow.com

Monumen Mayangkara, Pengingat Perjuangan Melawan Agresi Militer Belanda II

Editor : Sofyan Cahyono  Reporter : Adyad Ammy Iffansah
Monumen Mayangkara yang terletak di Mantup Lamongan.(Foto: Adyad Ammy Iffansah/jatimnow.com)
Monumen Mayangkara yang terletak di Mantup Lamongan.(Foto: Adyad Ammy Iffansah/jatimnow.com)

Lamongan - Monumen Mayangkara berdiri kokoh di Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan. Bangunan tersebut menyimpan cerita dan sejarah panjang tentang perjuangan melawan Agresi Militer Belanda II pada 1948.

Saat itu setelah ibu kota Indonesia yang berada di Yogyakarta jatuh dan diikuti penangkapan sejumlah tokoh pendiri bangsa, tentara Belanda juga melebarkan kawasan teritorialnya. Salah satunya di Jawa Timur. Para tentara Belanda melancarkan tekanan dan masuk ke kawasan Lamongan melalui Kecamatan Balongpanggang, Kabupaten Gresik.

Tak tinggal diam, Agresi Militer Belanda pun ditanggapi Batalyon 503 yang bermarkas di Mantup sejak 5 Mei 1946. Para Tentara RI melakukan perlawan dengan gerilya. Konon, anggota batalyon yang dipimpin Mayor Djarot Soebyantoro juga mempunyai tentara bayangan yang didominasi para perempuan.

Sebanyak 400 anggota batalyon juga menyusup ke Kota Surabaya yang menjadi basis kekuatan Belanda. Penyusupan dimaksudkan agar sewaktu-waktu terjadi gencatan senjata, ada anggota TNI yang mengusai wilayah tersebut dengan atribut lengkap dan bersenjata.

Nama Batalyon 503 Mayangkara diambil dari nama kuda putih pemberian Kepala Desa Mantup saat itu kepada Mayor Djarot Soebyantoro ketika memindah markasnya ke Mantup.

"Berangkat dari peristiwa itu, kemudian dibangun monumen kuda putih di halaman gedung yang juga diberi nama Gedung Mayangkara. Letaknya tepat di tepi jalan poros Lamongan-Mojokerto, tepat sebelah Kantor Polsek Mantup," ungkap Camat Mantup Suwanto Sastrodiharjo, Senin (12/9/2022).

Monumen Mayangkara yang terletak di Mantup Lamongan.(Foto: Adyad Ammy Iffansah/jatimnow.com)Monumen Mayangkara yang terletak di Mantup Lamongan.(Foto: Adyad Ammy Iffansah/jatimnow.com)

Baca juga:
Gagal Nyalip, Pemotor Lamongan Tewas Dihantam Truk

Berdasarkan keterangan yang tercantum di sisi Utara monumen kuda putih, tertulis bahwa pembangunan dilakukan pada 1971.

"Kenang-kenangan untuk pedjuang kemerdekaan tahun 1945. Andjangsana ke EK. Basis Gerilja-JONIF-503 tanggal 9-12-1971. Dalam rangka HUT ke XXVI," bunyi keterangan pada monumen.

Selain itu juga terukir daftar kesatuan yang pernah bertugas di wayah Mantup. Di antaranya Pasukan Resimen 36 Ronggo Lawe, Kesatuan III Resimen 35 Djoko Tole, Pasukan Trip Blitar, Pasukan Jon Genie Suwido, Pasukan M.B.T Jon A/Tjikampek, Pasukan Kompi Matosin serta Laskar Hisbolah.

Baca juga:
Harga Bumbu Dapur di Lamongan Naik Megilan Pasca-Lebaran

"Di monumen kuda putih, ada beberapa tulisan mengenai sejarah perjuangan Mayor Djarot Soebyantoro," kata Camat Mantup.

Sementara di sisi Selatan monumen terdapat tulisan amanat Panglima Besar Jenderal Soedirman yang berisi Pertjaja pada kekuatan sendiri, teruskan perdjuangan kamu, korban tjukup banjak. Pertahankan rumah dan pekarangan kita sekalian. Tentara kita djangan sekali-kali mengenal sifat menjerah, kepada siapapun djuga. JG AKA mendjadjah dan menindas kita kembali. Pegang teguh disiplin tentara lahir dan bathin. Dari teman seperdjuangan, Letda AN S Siregar, Letda AN Soebarkah, Letda AN Soedarmo, Serma AN Irawan.

"Untuk mengingat kembali perjuangan pasukan Batalyon 305 Mayangkara melawan penjajah di Bumi Mantup, kemarin kami mempersembahkan drama kolosal dengan judul Kuda Mayangkara," kata Suwanto.