Pixel Codejatimnow.com

Disabilitas Membatik, Mengubur Stigma Negatif Kampung Idiot

Editor : Zaki Zubaidi  Reporter : Mita Kusuma
Proses membuat Batik Ciprat yang dilakukan penyandang disabilitas. (Foto: Mita Kusuma/jatimnow.com)
Proses membuat Batik Ciprat yang dilakukan penyandang disabilitas. (Foto: Mita Kusuma/jatimnow.com)

jatimnow.com - Batik Day diperingati tiap tanggal 2 Oktober. Pada 2009 silam United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (Unesco) telah menjadikan batik sebagai warisan budaya dunia.

Membuat batik tidak mudah. Namun ada penyandang disabilitas memiliki kemampuan membatik. Ini tentu luar biasa.

Di Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo ada sebuah Rumah Harapan. Lokasi tersebut digunakan oleh para penyandang disabilitas di Desa Karangpatihan berkarya. Salah satunya adalah membuat Batik Ciprat.

Sulit memang melepas stigma kampung idiot untuk Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo. Namun, kini sedikit demi sedikit stigma tersebut malah menjadi berkah tersendiri bagi warganya.

Tepat di depan Rumah Harapan, sudah tersedia selembar kain polos. Terlihat, seorang wanita sibuk menciprat-cipratkan (memercik-mercikkan) cat atau pewarna kain menggunakan kuas. Yang membatik itu adalah Boini.

Selain Boini, ada Tukijo yang juga membuat Batik Ciprat. Agak sedikit berbeda, Tukijo lebih telaten. Terlihat Tukijo memberi malam pada gambar yang diciptakan.

“Setiap hari mereka selalu membatik. Ini adalah satu dari beberapa kegiatan berdaya bagi mereka yang disabilitas,” ujar Kepala Desa Karangpatihan, Eko Mulyadi, Senin (3/10/2022).

Baca juga:
Uniknya Open School Ala MI Maarif Setono Ponorogo, Wali Murid Turut Hadir

Eko bercerita bahwa Desa Karangpatihan dulu memang dikenal dengan kampung idiot. Tetapi lama kelamaan stigma itu hilang.

Seiring waktu, para disabilitas sudah bisa berdaya. Mereka pun tidak menggantungkan pada bantuan.

Hingga ada program dari Kementerian Sosial. Saat itu Kemensos ingin memberdayakan masyarakat penyandang disabilitas.

Baca juga:
Begal Payudara di Ponorogo, Polisi Janji Tangkap Pelaku

"Tujuannya ingin memperbaiki taraf hidup. Melalui Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Grahita, Temanggung, Jateng selama satu tahun di Desa Karangpatihan, didapatkan produk Batik Ciprat yang dibuat di Rumah Harapan, pusat latihan kerja," bebernya.

Uniknya, Batik Ciprat karya warganya ini bisa dipastikan hasilnya akan berbeda antara satu kain dengan yang lainnya. Sebab, diproduksi secara manual bukan cetakan. Bahkan jika ada pemesan hanya ada satu lembar pun juga dikerjakan.

Untuk satu lembar kain batik ukuran 2,15x1,15 meter dihargai Rp150-200 ribu, tergantung kesulitan motif.
"Kami juga bisa melayani motif yang diinginkan, nanti ada pendamping yang mengarahkan motif," pungkasnya.