jatimnow.com - Makam Boncolono di puncak Bukit Maskumambang, Kelurahan Pojok, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri diyakini masyarakat sebagai bagian dari makam Ki Ageng Gentiri di Ringin Sirah, Jalan Joyoboyo.
Konon, Boncolono merupakan maling sakti yang jasadnya dimakamkan terpisah karena ilmu atau ajian Rawa Ronteknya.
Boncolono disebut sebagai Robin Hood versi Jawa, karena aksi heroiknya merampas harta benda milik Belanda dan orang-orang terkait untuk dibagikan kepada warga miskin yang berada di barat Sungai Brantas, sebagai lokasi pemerintahan Belanda kala itu.
Aksi itu menjadi cerita yang terus berkembang dan diyakini masyarakat Kota Kediri hingga saat ini. Boncolono bahkan disebut sebagai pahlawan.
Sejarawan dan Budayawan Kediri, Imam Mubarok mengatakan, kisah Boncolono diyakininya terjadi di sekitar abad ke-18 pascaperang Jawa.
"Kalau setting kejadian kala itu, maka ini tidak jauh di abad 18. Karena kolonial di kala itu, mulai pendudukan dan punya semacam presiden di abad ke 18, pascaperang Jawa," ungkap Imam, Minggu (9/10/2022).
Menurut Imam, Boncolono memiliki ilmu rawa rontek atau pancasona. Selain kebal, dia akan kembali hidup ketika jasadnya menyentuh tanah. Beberapa kali Belanda sebenarnya berhasil menangkap Boncolono, tapi upayanya menghabisi sang maling sakti itu kandas.
Jalan menuju makam Boncolono di Bukit Maskumambang
Belanda kemudian menggunakan orang-orang pribumi untuk mencari kelemahan Boncolono. Orang-orang suruhan Belanda ini yang kemudian membocorkan kelemahan ilmu Boncolono sekaligus membunuhnya.
"Sebenarnya bukan orang-orang Belanda (yang bunuh), tapi yang melakukan orang-orang kita yang memang istilahnya dibayar oleh pihak Belanda untuk mencari kelemahannya," tambah Imam.
Setelah berhasil dibunuh, jasad Boncolono kemudian dimakamkan terpisah. Kepalanya ada di Ringin Sirah, tepatnya di belakang pusat perbelanjaan Kediri Mall. Di lahan kosong milik swasta, di bawah pohon beringin besar.
Sedangkan tubuhnya ada di Bukit Maskumambang, dimakamkan bersama Tumenggung Mojoroto dan Poncolono. Konon mereka merupakan saudara seperguruan.
Bukit Maskumambang merupakan puncak tertinggi di Kota Kediri. Untuk menuju ke astana ini, pengunjung harus menaiki sekitar 473 tangga dengan ketinggian yang cukup menantang. Lokasinya tak jauh dari kawasan Gua Selomangleng dan situs-situs Klotok.
Sementara ilmu rawa rontek yang dimiliki Boncolono, tambah Imam, juga dimiliki Karaeng Galesong, Laksamana Angkatan Laut Kesultanan Gowa yang menjadi menantu Trunojoyo.
"Karaeng Galesong juga sama. Dia keturunan dari Bugis yang mana menjadi menantu Trunojoyo dan pernah membuat kerajaan bersama mertuanya Trunojoyo di Tahun 1677-1678. Kemudian ditangkap sampai Gunung Kelud, sampai ke wilayah Hantang (Ngantang). Yang punya ilmu rawa rontek atau pancasona ini tidak hanya si Maling Gentiri itu. Jadi dua orang yang pernah menjadi penguasa Kediri ini memiliki ilmu yang sama," papar Imam.
Pemandangan dari makam Boncolono di Bukit Maskumambang