Pixel Codejatimnow.com

Menteri BUMN Erick Thohir Tegaskan 100 Persen Tebu Petani Diserap Pemerintah

Editor : Sofyan Cahyono  Reporter : Achmad Supriyadi
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.(Foto: Diskominfo Kabupaten Mojokerto)
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.(Foto: Diskominfo Kabupaten Mojokerto)

jatimnow.com - Revitalisasi industri gula nasional menjadi prioritas Badan Usaha Milik Negera (BUMN) untuk ketahanan pangan dan energi.

Hal itu disampaikan Menteri BUMN Erick Thohir saat memulai revitalisasi gula di Kebun Tebu PTPN X Desa Batankrajan, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto.

"Bahwa gula kita harus swasembada untuk konsumsi bukan industri, di mana peningkatan 2,7 juta ton naik ke 4,7 juta ton hingga sampai ke 5,7 ton. Jadi ini yang harus kita lakukan," kata Erick Thohir dalam keterangan tertulis, Selasa (11/10/2022).

Ia menambahkan, revitalisasi industri gula nasional tidak lain adalah upaya untuk meningkatkan produktivitas gula dalam negeri. Maka untuk mewujudkan swasembada gula diperlukan peningkatan produksi dengan membuka lahan 700 ribu hektare.

"Pembukaan 700 ribu hektare tapi melibatkan petani. Sehingga sahabat petani income dapat bertambah. Misalnya, dari Rp13 juta terus meningkat menjadi Rp32 juta," ungkapnya.

Kegiatan ini dihadiri oleh Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati. Adapun faktor meningkatkan produksi petani tebu yaitu sokongan bibit yang saat ini telah bekerja sama pengembangan bibit tebu berkualitas dari Brazil. Kemudian ketersediaan pupuk dan penyerapan hasil petani tebu. Ditambah dengan model penanaman tidak hanya tebu melainkan juga tumpang sari tanamam kedelai.

Baca juga:
Dukung Pemanfaatan Petani Tebu Madiun, Bank Jatim Jalin Kerjasama dengan PT Rajawali l

"Terpenting produksi tebu dari petani semuanya 100 persen diserap dibeli oleh pemerintah. Bahkan bukan tidak mungkin bisa menjadi alternatif turunan energi. Karena itu, Bapak Presiden khusus hari ini mendatangkan Menteri ESDM supaya ini ada kebijakan dari pemerintah. Supaya ini turunan bisa menjadi Bioethanol campuran BBM. Diharapkan pengembangan produk menjadi Bioethanol ini dapat mencapai target sekitar 1,2 juta ton," jelasnya.

Menurut Erick, pembukaan lahan 700 ribu hektare secara simultan dan akan dimulai pada awal 2023.

"Tidak mungkin 700 ribu hektare jadi dalam satu tahun ini, butuh waktu 6-8 tahun. Kami terus dorong. Kalau kami mulai dari hari ini, terus kapan lagi. Kami pastikan kejadian pemerintah dan BUMN, pemerintah daerah serta petani," ujarnya.

Baca juga:
Bank Jatim Teken Kerja Sama dengan Pabrik Gula dan PKTPR Malang, Dukung Pembiayaan Petani Tebu

Ditambahkannya, pengembangan produk turunan menjadi Bioethanol menjadi bahan campuran BBM seperti Avtur. Bahkan campuran lima persen Bioethanol dengan Pertalite setara dengan Pertamax naik dua oktan.

"Kalau tebu penyerapan PTPN, maka Bioethanol penyerapan 100 ke pertamina," pungkasnya.