Pixel Codejatimnow.com

Legenda Totok Kerot, Putri Cantik dari Lodoyo Blitar Dikutuk jadi Buruk Rupa

Editor : Zaki Zubaidi  Reporter : Yanuar Dedy
Arca Totok Kerot di Desa Bulupasar, Kabupaten Kediri. (Foto: Yanuar Dedy/jatimnow.com)
Arca Totok Kerot di Desa Bulupasar, Kabupaten Kediri. (Foto: Yanuar Dedy/jatimnow.com)

jatimnow.com - Di Desa Bulupasar, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri berdiri arca raksasa yang konon memiliki ‘nyawa’. Dia merupakan perwujudan putri cantik dari Lodaya Blitar yang dikutuk oleh Sri Aji Jayabaya.

Sri Aji Jayabaya memang menjadi sosok penting dalam perjalanan Kerajaan Kediri, yang memiliki kesaktian tak tertandingi. Arca Totok Kerot menjadi salah satu bukti kesaktian sang raja.

Dalam cerita rakyat yang berkembang, arca raksasa setinggi 2,65 Meter tersebut tercipta sebagai akibat dari kutukan yang dikeluarkan Sri Aji Jayabaya.

“Cerita rakyatnya Putri Lodoyo,” kata Didin Saputro, pegiat budaya di Kabupaten Kediri.

Dalam ceritanya, ujar Didin Totok Kerot merupakan penjelmaan puteri cantik dari di Lodoyo, Blitar. Dia bersikeras ingin diperistri oleh Sri Aji Jayabaya. Padahal keinginannya tersebut ditentang oleh sang ayah.

Karena tidak mendapatkan restu dari orang tuanya tersebut, sang puteri nekat datang ke Kediri dan terlibat peperangan dengan pasukan dari kerajaan, yang dikisahkan kemenangan akhirnya berpihak kepadanya.

Sebagai tuntutan atas kemenangannya, sang puteri berkeras ingin ditemui oleh Sri Aji Jayabaya, yang pamuksannya ada di sekitar Arca Totok Kerot di Desa Menang.

Tuntutan sang puteri terkabulkan, dimana saat berhasil bertemu dengan Sri Aji Jayabaya dia kembali menyampaikan keinginannya untuk diperistri.

Namun sang raja bersikukuh menolak dan terjadi perang tanding di antara keduanya. Setelah sang puteri terdesak, Sri Aji Jayabaya mengeluarkan sabda atau kutukan dengan menyebut sang puteri memiliki kelakuan seperti buto (raksasa).

Baca juga:
Harga Cabai Rawit Murah, Petani di Kediri Ogah Pakai Buruh Panen

Maka dari itu, Arca Totok Kerot ini seperti buto perempuan raksasa dengan rambut terurai, duduk jongkok dengan kaki kiri melipat ke dalam, mata melotot, mengenakan mahkota dan kalung tengkorak. Satu lengan sebelah kiri putus.

Temuan pertama kali Arca Totok Kerot ini menurut Didin Saputro disebutkan oleh Mas Soema-sentika dari Distrik Sukareja pada 1865. Yang kemudian ditulis ke dalam buku yang diterbitkan 1902.

Dalam literasi lain, arca ini kemudian berhasil diangkat pada tahun 1970. Ini yang diduga menjadi penyebab putusnya lengan kiri Arca Totok Kerot tersebut.

Meski berupa arca, menurut Didin berdasarkan cerita masyarakat yang berkembang, Totok Kerot diyakini masih memiliki ‘nyawa’ atau hidup.

Belum lama ini, Situs Arca Totok Kerot mendapat peringkat Nasional melalui rekomendasi yang diusulkan Tim Ahli Cagar Budaya Nasional (TACBN).

Baca juga:
Bandara Dhoho Kediri Gelar Inaugural Flight Besok, Gudang Garam: Buka Era Baru

Salah satu pertimbangannya, menurut Didin Saputro Arca Torok Kerot memiliki kandungan nilai yang mencerminkan karya adiluhung kebudayaan bangsa Indonesia.

“Keunikan lainnya, Arca Totok Kerot ini bersifat tunggal. Biasanya arca dwarapala umumnya berdiri berpasangan. Karena fungsi utamanya sebagai penjaga gerbang masuk,” tandas Didin.

Untuk diketahui, selain hanya berjarak 10 kilometer dari pamuksan Sri Aji Joyoboyo di Desa Menang, jika ditarik garis lurus sekitar 2 kilometer ke arah timur, juga terdapat situs Calon Arang yang menyimpan fragmen-fragmen batu candi, yoni, dan beberapa benda purbakala lainnya.

Hal ini patut diduga terdapat percandian besar di wilayah ini.