Pixel Codejatimnow.com

3 Cerita Rakyat Kediri Bertema Penolakan Cinta, Relate Gak dengan Kisahmu?

Editor : Zaki Zubaidi  Reporter : Yanuar Dedy
Foto: Situs Calon Arang di Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri. (Foto: Yanuar Dedy/jatimnow.com)
Foto: Situs Calon Arang di Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri. (Foto: Yanuar Dedy/jatimnow.com)

jatimnow.com - Kabupaten Kediri memiliki banyak cerita rakyat yang menarik untuk disimak. Sedikitnya ada tiga cerita rakyat yang berlatar belakang kisah penolakan cinta dewi dan raja berujung petaka.

Ada kematian dua raja yang sedang berjuang mendapatkan cinta Dewi Kilisuci, hingga ratu penebar teror penyakit mematikan saat cinta anaknya ditolak sang raja.

Berikut 3 cerita rakyat di Kabupaten Kediri yang hingga kini mitosnya diyakini sebagian masyarakat.

1. Gunung Kelud

Gunung Kelud di Kabupaten Kediri diyakini masyarakat lahir dari pengkhianatan Dewi Kilisuci terhadap dua raja yang sedang berjuang untuk mendapatkan cintanya.

Konon, saat itu Dewi Kilisuci dilamar oleh dua orang raja, Lembu Suro dan Mahesa Suro.

Dewi Kilisuci sebenarnya ingin langsung menolak lamaran tersebut. Namun putri anak Jenggolo Manik itu lebih dulu memberikan tantangan kepada dua raja yang bukan dari bangsa manusia tersebut.

Isi tantangannya, sang raja harus membuat dua sumur di atas puncak Gunung Kelud, dengan bau amis dan bau wangi. Dewi Kilisuci meminta sumur tersebut dikerjakan selama satu malam.

Dengan kesaktiannya, Lembu Suro dan Mahesa Suro berhasil membuat sumur tersebut bahkan sebelum ayam jantan berkokok.

Sang dewi yang memang tidak mau menerima keduanya, kemudian meminta Lembu Suro dan Mahesa Suro untuk membuktikan kedua sumur tersebut benar-benar berbau amis dan wangi, dengan meminta mereka masuk ke dalam sumur.

Saat itu juga, Dewi Kilisuci memerintahkan prajurit Jenggala untuk menimbun sumur tersebut dengan batu. Akhirnya matilah Lembu Suro dan Mahesa Suro di atas Gunung Kelud tersebut.

2. Calon Arang

Cerita rakyat berikutnya, adalah Calon Arang di Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri. Legenda ini juga berlatar belakang penolakan cinta.

Berdasarkan cerita rakyat yang berkembang dan masuk menjadi warisan budaya tak benda tersebut tokoh Calon Arang hidup di zaman Raja Airlangga.

Ratu Calon Arang atau Nyai Girah merupakan penebar teror penyakit mematikan kepada penduduk Kahuripan pada abad ke-11.

Baca juga:
Usung Tema Prima, Senkom Mitra Polri Jatim Gelar Musprov IV

Menurut ceritanya yang dilindungi oleh UU Nomor 5 Tahun 2017 tersebut, dia adalah seorang ibu yang sakit hati karena putrinya Ratna Manggali batal dinikahi Raja Airlangga. Calon Arang yang murka menebar penyakit ke seluruh wilayah.

Situs Calon Arang ada di Kecamatan Gurah dan dilindungi oleh UU Nomor 11 Tahun 2010 sebagai cagar budaya. Di sana, ditemukan berupa batu umpak, dorpel dan komponen batu lainnya.

3. Totok Kerot

Kisah penolakan cinta juga datang dari situs Totok Kerot, di Desa Bulupasar, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri.

Konon, Totok Kerot merupakan perwujudan putri cantik dari Lodaya Blitar yang dikutuk oleh Sri Aji Jayabaya.

Dalam ceritanya, dia bersikeras ingin diperistri oleh Sri Aji Jayabaya yang punya kesaktian tak tertandingi. Padahal keinginannya tersebut ditentang oleh sang ayah.

Karena tidak mendapatkan restu dari orang tuanya, sang putri nekat datang ke Kediri dan terlibat peperangan dengan pasukan dari kerajaan, dimana dikisahkan pihaknya menang dalam perang tersebut.

Sebagai tuntutannya, sang putri ingin ditemui oleh Sri Aji Jayabaya.

Baca juga:
Berburu Durian Khas Kediri, Daging Tebal dengan Rasa Manis dan Pahit

Tuntutan sang puteri terkabulkan, dimana saat berhasil bertemu dengan Sri Aji Jayabaya dia kembali menyampaikan keinginannya untuk diperistri.

Namun sang raja tetap menolak dan terjadi perang tanding di antara keduanya. Setelah sang putri terdesak, Sri Aji Jayabaya mengeluarkan kutukan dengan menyebut sang putri memiliki kelakuan seperti buto.

Maka jadilah Totok Kerot dengan rambut terurai, duduk jongkok dengan kaki kiri melipat ke dalam, mata melotot, mengenakan mahkota dan kalung tengkorak. Satu lengan sebelah kiri putus.

Temuan pertama kali Arca Totok Kerot ini disebutkan oleh Mas Soema-sentika dari Distrik Sukareja pada 1865. Yang kemudian ditulis ke dalam buku yang diterbitkan 1902.

Dalam literasi lain, arca ini kemudian berhasil diangkat pada tahun 1970. Ini yang diduga menjadi penyebab putusnya lengan kiri Arca Totok Kerot tersebut.

Itu tadi cerita rakyat Kediri yang berkisah tentang penolakan cinta di era kerajaan yang berujung petaka.