Pixel Codejatimnow.com

Nanda Mei Sholiha, Pelari Difabel Peraih 4 Emas ASEAN Para Games 2022

Editor : Sofyan Cahyono  Reporter : Yanuar Dedy
Potret Nanda Mei Sholiha di ajang ASEAN Para Games 2022.(Foto: Nanda Mei Sholiha for jatimnow.com)
Potret Nanda Mei Sholiha di ajang ASEAN Para Games 2022.(Foto: Nanda Mei Sholiha for jatimnow.com)

jatimnow.com - Nanda Mei Sholiha kembali mengharumkan nama Indonesia. Pelari difabel asal Kediri itu berhasil memborong empat emas di ajang ASEAN Para Games 2022 di Solo. Dia mampu mengalahkan para pesaingnya dari Thailand, Kamboja dan Myanmar.

Ajang ASEAN Para Games 2022 pada Agustus lalu bukan yang pertama bagi Nanda Mei Sholiha. Atlet berparas cantik ini menjalani debut di ajang internasional terbesar se-Asia Tenggara sejak 2014 di Myanmar. Dia turun di kategori T47 atau amputee di bawah siku.

Debut pertamanya berjalan tak terlalu mulus. Di nomor lari 400 meter, dia hanya memperoleh perunggu. Namun pada 2015 di Singapura dan Malaysia pada 2017, Nanda Mei berhasil memborong tiga emas sekaligus dari nomor andalannya. Yakni, 100 meter, 200 meter dan 400 meter.

Potret Nanda Mei Sholiha di ajang Peparnas Papua.(Foto: Nanda Mei Sholiha for jatimnow.com)Potret Nanda Mei Sholiha di ajang Peparnas Papua.(Foto: Nanda Mei Sholiha for jatimnow.com)

Di ajang lain seperti Asian Youth Para Games dan Peparnas, perempuan kelahiran 17 Mei 1999 itu tak pernah absen membawa medali. Sementara itu, empat emas di ajang ASEAN Para Games 2022 di Solo terasa lebih istimewa bagi Nanda Mei Sholiha. Prestasi diraih di depan kedua orang tuanya, Supriyanto dan Rini Suwarni yang hadir secara langsung di Stadion Manahan, Solo.

“Untuk pertama kalinya orang tua hadir secara langsung dari Kediri. Motivasi tapi beban juga, mumpung ada ibu aku ingin kasih yang terbaik. Tapi kalau gagal gimana?” kata Nanda Mei, Selasa (25/10/2022).

Tak banyak yang tahu, Nanda Mei justru sempat mengalami stres berat sebelum laga ini. Selain memang ASEAN Para Games yang sudah lama vakum akibat pandemi, dia juga buta lawan-lawannya. Satu yang ia tahu, lawan dari Thailand pernah mengalahkannya dalam ajang try out di Swiss tahun lalu.

“Ini even pertama setelah Covid. Benar-benar dipersiapkan matang. Sempat pesimis, sudah ngomong ke ibu tidak apa-apa ya kalau saya nggak dapat emas karena nggak tahu lawanku gimana. Sempat ke psikolog olahraga, di kamar gelisah, deg-degan nggak bisa anteng,” kata Nanda Mei.

Dalam kondisi ini, kalimat Rini Suwarni, ibunya mampu membangkitkannya. Mengubah rasa pesimis menjadi optimisme tinggi.

“Ibu waktu itu bilang, hasil apapun yang penting kamu maksimal dulu saja. Lari sekencang-kencangmu saja. Dan alhamdulillah,” tambahnya.

Baca juga:
Tips Olahraga di Gym saat Puasa agar Tetap Fit, Perhatikan Waktu dan Tujuan

Dalam potret-potret yang dibagikan Nanda Mei Sholiha, terlihat dia cukup emosional merayakan kemenangannya. Dia mampu mengalahkan para pesaingnya dari Thailand, Kamboja dan Myanmar dalam nomor lari 100 meter (12,8 detik), 200 meter (27,35 detik), 400 meter (63 detik) dan estafet 4x4 universal. Dia sekaligus memecahkan rekor pribadinya.

Saat ini Nanda Mei Sholiha berada di Solo. Ia sedang menempuh perkuliahan semester 7 Pendidikan Olahraga di UNS. Dia juga tetap berlatih secara mandiri untuk mempersiapkan diri di ajang ASEAN Para Games tahun depan di Kamboja.

“Nanti pelatnas kemungkinan Januari, sekarang tetap latihan secara mandiri. Ngegym dan lari di lapangan,” terang Nanda.

Di para atletik, Nanda Mei masih sangat berambisi untuk meraih prestasi di tingkat Asia, bahkan dunia sebagai puncak pencapaian seorang atlet. Kesempatan di Asian Para Games 2018 Jakarta ia gagal, karena mengalami cedera beberapa hari sebelum ajang dimulai. Dia urung tampil di ajang itu.

Bakatnya Ditemukan Penjual Es Keliling

Baca juga:
Ingin Tetap Fit Berolahraga saat Berpuasa? Ini Tipsnya

Terjun di dunia olahraga para atletik dilakoni Nanda Mei Sholiha secara kebetulan. Bakatnya ditemukan Karmani, pelatih National Paralympic Committee Indonesia (NPCI) Kota Kediri saat berjualan es keliling.

Saat itu Karmani langsung meminta izin ke orang tua Nanda Mei Sholiha di rumahnya di Kelurahan Dandangan, Kota Kediri untuk meminangnya sebagai atlet. Nanda Mei masih ingat betul ketika Karmani datang ke rumahnya, saat ia masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).

“Saat itu beliau (Karmani) datang ke rumah menawarkan saya dan tawarannya lucu 'Kamu mau nggak jadi atlet? nanti kamu bisa keliling Indonesia naik pesawat loh'," cerita Nanda Mei.

Dia yang polos tampak kegirangan. Hingga akhirnya jadilah Nanda Mei seperti saat ini, dengan dukungan penuh Supriyanto dan Rini Suwarni. Tiga emas di ajang pertamanya, Surabaya Wali Kota Cup 2013 menjadi awal perjuangan Nanda Mei Sholiha menepis stigma tak berdaya yang kerap disematkan kepada para penyandang disabilitas.