Pixel Codejatimnow.com

Kunjungi Kampung Edukasi Sampah, Siswa SD Muhammadiyah 2 Sidoarjo Pelajari Ini

Editor : Zaki Zubaidi  Reporter : Zainul Fajar
150 siswa SD Muhammadiyah 2 Sidoarjo saat berkunjung ke Kampung Edukasi Sampah. (Foto-foto: Edi Priyanto for jatimnow.com)
150 siswa SD Muhammadiyah 2 Sidoarjo saat berkunjung ke Kampung Edukasi Sampah. (Foto-foto: Edi Priyanto for jatimnow.com)

jatimnow.com - Kunjungi Kampung Edukasi Sampah, 150 siswa SD Muhammadiyah 2 Sidoarjo mempelajari cara jitu untuk pemilahan dan pengolahan sampah dari rumah.

Pembelajaran lapangan yang digelar di Kampung Edukasi Sampah, Kelurahan Sekardangan, Kecamatan/Kabupaten Sidoarjo, itu juga bagian dari pelaksanaan kurikulum Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).

Ketua RW 07, Haryanto yang juga sebagak kader lingkungan di Kampung Edukasi Sampah memaparkan bahwa pengenalan tentang pemilahan sampah sejak dini dirasa sangatlah penting. Ini menjadi bentuk upaya pembelajaran aktif serta positif yang bisa dilakukan di lingkungan keluarga.

Menurut Haryanto, pada kegiatan tersebut para siswa dikenalkan cara pemilahan sampah berdasarkan sifatnya. Sampah digolongkan menjadi dua jenis, yaitu sampah organik dan sampah anorganik.

“Sampah organik yaitu sampah yang dapat membusuk dan terurai, seperti sisa makanan, dedaunan, buahan dan sayuran. Sedangkan sampah anorganik yaitu sampah yang sulit membusuk dan tidak dapat terurai seperti botol plastik, kertas bekas, karton, dan kaleng bekas," kata Hari.

Haryanto juga mengatakan bahwa para siswa SD tersebut juga dikenalkan tentang pengolahan sampah secara sederhana. Pengolahan tersebut diantaranya adalah pengolahan sampah dengan komposter takakura, komposter komunal secara aerob maupun anaerob serta pemanfaatan sumur resapan sebagai sarana pengomposan.

“Tak hanya dikenalkan tentang pemilahan dan pengolahan sampah, anak-anak juga diajak untuk bermain aneka permainan tradisional yang tersedia di Kampung Edukasi Sampah seperti, gobak sodor, engklek dan ular tangga,” ujarnya.

Selain itu, Edi Priyanto, pegiat lingkungan Kampung Edukasi Sampah mengaku sangat gembira, karena semakin banyak sekolah yang mengajak para siswanya mengikuti pembelajaran lapangan dalam pemilahan dan pengolahan sampah.

Baca juga:
Kader Muda Lingkungan Kampung Edukasi Sampah Ajarkan Ini pada Anak Yatim

Tentunya dalam kurikulum telah dikaitkan dengan profil pelajar Pancasila, yaitu pelajar Indonesia yang yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

Edi melanjutkan bahwa Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) sendiri merupakan bagian pembelajaran lintas disiplin ilmu dalam mengamati dan memikirkan solusi terhadap permasalahan di lingkungan sekitar untuk menguatkan berbagai kompetensi dalam profil pelajar Pancasila.

"Tematik gaya hidup berkelanjutan merupakan hal yang sangat sesuai, karena saat ini yang perlu mendapatkan perhatian dan diterapkan dalam dunia pendidikan mulai dari tingkat prasekolah sampai pendidikan tinggi yang paling dominan dalam lingkungan kita adalah permasalahan pengelolaan sampah," kata Edi.

Ia berharap dari dunia pendidikan, akan lahir pola pikir masyarakat dalam memilah dan mengelola sampah secara mandiri atau berkelompok. Hal ini juga bertujuan akan mengembalikan ekosistem alam agar dapat terus terawat dan terjaga.

Baca juga:
UNS Tetapkan 13 Alumni Berprestasi, Direktur Pelindo Masuk Jajaran

Tidak hanya itu, Kepala SD Muhammadiyah 2 Sidoarjo, Nana Liesdiana dalam kesempatan mendampingi para siswa menyampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi kepada para kader lingkungan Kampung Edukasi Sampah.

“Kesan kami luar biasa tempat ini karena mampu menjadi contoh dalam pengelolan sampah di masyarakat. Hal ini semoga menjadi inspirasi dan pembelajaran bagi anak-anak kedepan. Pembelajaran yang didapatkan hari ini tak hanya mendapatkan materi, namun juga melihat, merasakan serta mengalami (praktik) secara langsung” ujar Nana.

“Pada kegiatan hari ini, anak-anak telah banyak mendapatkan pendidikan dan bahkan keterampilan yang akan menjadi pengelaman berharga dalam kehidupan masa depan mereka. Belajar kelihatannya sambil bermain, namun kami yakin anak-anak ini pada 10-20 tahun kedepan akan mampu menjadi generasi penerus dan pemimpin bangsa yang peduli terhadap lingkungan”, pungkasnya.