Pixel Codejatimnow.com

Mengenal Siklus dan Gejala Erupsi Semeru

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Rama Indra S.P
Pakar Geologi ITS Amien Widodo (Foto: Rama Indra/jatimnow.com)
Pakar Geologi ITS Amien Widodo (Foto: Rama Indra/jatimnow.com)

jatimnow.com - Pakar Geologi Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Amien Widodo mengungkap siklus dan gejala erupsi Gunung Semeru.

"Siklus erupsi gunung api aktif bermacam-macam. Bisa satu tahun sekali, setiap bulan, bahkan setiap hari," ujar Amien saat ditemui jatimnow.com, Selasa (6/12/22).

Sedangkan, lanjut Amien, perbedaan rentang erupsi dipengaruhi oleh kecepatan sumber magma dan daya tampung waduk magma di dalam gunung api aktif tersebut.

Katanya, Gunung Semeru berbeda dengan Sinabung yang dengan rentang waktunya 600 tahun baru erupsi atau meletus.

Menurut Amien, jika dicermati lebih dalam, erupsi Semeru ini tidak hanya terjadi di akhir tahun saja, melainkan hampir setiap hari.

"Longsoran tanah basah akibat hujan memiliki kemungkinan penyebab erupsinya Semeru, meski hal itu belum diketahui secara pasti," jelas dia.

Karena saat longsoran itu berbenturan dengan lava panas, sehingga dapat dipastikan muncul reaksi awan panas guguran (APG), timbul kepulan asap dikenal dengan sebutan wedus gembel.

Replika erupsi Gunung Semeru (Foto: Amien Widodo for jatimnow.com)Replika erupsi Gunung Semeru (Foto: Amien Widodo for jatimnow.com)

Baca juga:
Bantuan dari Bank Jatim untuk Pengungsi dan Relawan Erupsi Semeru

Akan tetapi, untuk gejala erupsi dari setiap gunung akan sama, yaitu ketika waduk magma telah terisi penuh.

Waduk magma tersebut memiliki fungsi untuk tempat penampungan magma. Ketika penuh, maka gejala kontraksi akan muncul, hingga dimuntahkan keluar menjadi erupsi.

"Magma penuh bercampur energi gas alam akan terdorong keluar bertekanan, sampai meluap-luap terjadi erupsi," tambah Amien.

Sehingga dikenal ada dua jenis erupsi, yaitu eksplosif atau letusan dan efusif atau berupa aliran lava.

Baca juga:
Erupsi Semeru dan Tiga Titik Rawan yang Harus Dipedomani

"Erupsi Semeru sering didapati efusif hanya berupa rambatan aliran lava, sehingga tidak jarang malam hari terlihat lidah api di Semeru," ungkapnya.

Dari fenomena kemarin saja, lanjut Amien, juga didapati hanya ada letusan kecil atau eksplosif.

"Erupsi Semeru kemaren juga ada eksplosif, akan tetapi radiusnya tidak terlalu besar, dan yang sering muncul adalah gejala erupsi efusif," pungkasnya.