jatimnow.com - Desa Tangguh Bencana (Destana) di Lamongan baru 15 persen dari jumlah total 474 desa. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bertugas untuk merealisasikan Destana ini.
Kepala BPBD Lamongan, Gunadi menyebut, jumlah desa yang berlabel Destana hanya 80 desa dari total 474 desa di Lamongan. Kata dia, salah satu penyebabnya adalah anggaran untuk penyelenggaraan kegiatan.
"Tiap tahunnya BPBD Lamongan baru bisa menetapkan tiga desa saja karena terkendala anggaran. Harusnya kami bisa menetapkan 10 desa per tahun," jelas Gunadi, Kamis (8/12/2022).
Dia memaparkan, perbedaan antara Destana dan belum itu lebih pada sikap ketanggapan saat menghadapi bencana. Sehingga ratusan desa yang belum Destana, menurutnya bisa dikatakan belum tangguh.
Baca juga:
Pemkab Malang Ajukan Tambakrejo ke UNESCO sebagai Desa Tanggap Bencana
"Contohnya desa satu sudah paham risiko bencana dan satunya belum. Desa yang sudah Destana itu mereka bakal lebih tanggap bencana, dibanding desa yang belum, mereka bakal panik," ulas Gunadi.
Diketahui, pembentukan Destana dapat meminimalisir risiko bencana. Sebab desa tangguh telah memetakan potensi bencana yang ada di desanya masing-masing sesuai Perka BNPB Nomor 1 Tahun 2012.
Baca juga:
Sederet Langkah Banyuwangi Antisipasi Potensi Tsunami 20 Meter
"Potensi bencana di Lamongan itu ada enam, yaitu banjir Bengawan Jero, Solo, angin puting beliung, banjir rob. Kemudian banjir bandang meski cukup singkat, tetap perlu diminimalisir. Itu terjadi di Kecamatan Laren dan Solokuro. Untuk Gempa meski kecil kemungkinannya harus diwasapadai supaya tidak panik," tandas Gunadi.