Pixel Codejatimnow.com

Jangan Asal Ngeprank! Calon Pasien di Surabaya Bisa Diblokir Lho

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Rama Indra S.P
Sidak Wali Kota Eri Cahyadi di RSUD BDH Surabaya (Foto-foto: Humas Pemkot Surabaya)
Sidak Wali Kota Eri Cahyadi di RSUD BDH Surabaya (Foto-foto: Humas Pemkot Surabaya)

jatimnow.com - Wali Kota Eri Cahyadi meminta RSUD Bhakti Dharma Husada (BDH) Surabaya menerapkan blokir bagi calon pasien yang sudah mendaftar melalui aplikasi e-health, tapi tidak jadi datang alias ngeprank.

Hal itu disampaikan Eri saat melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke RS BDH tersebut pada Kamis (8/12/22).

Eri meminta pasien, agar dapat menyesuaikan jam antrean secara on time. Sebab dalam aplikasi e-health untuk pasien, ditemukan sistem pendaftaran layanan yang double, bahkan nandon terisi selama 30 hari.

Menurut Eri, hal seperti itu harus segera dibenahi, dan bagi pasien yang tidak jadi datang berobat, juga harus diberi arahan.

"Blokir orang tersebut dan ketika orangnya datang minta dibuka blokir, suruh untuk buat pernyataan: Kalau saya tidak datang, maka saya membatalkan dan kalau saya tidak datang dan tidak membatalkan, maka saya siap diblokir satu bulan," terang dia.

Melalui pola tersebut, Eri berharap, warga atau calon pasien tidak asal mendaftar dan membatalkan, karena akan merugikan orang lain yang benar-benar ingin mendapatkan pelayanan di RS BDH.

Baca juga:
Bank Jatim QRIS Ramadan Vaganza di Surabaya, Sarana Edukasi Transaksi Non-Tunai

Sebagai informasi, Eri akan kembali mengembangkan lagi aplikasi e-health. Sebab dari hasil evaluasi, sistem pendaftaran online tersebut belum dilengkapi barcode ketika tidak di-print oleh calon pasien.

Dalam sidaknya itu, Eri juga menyampaikan sejumlah catatan, di antaranya perihal penyejuk udara atau air conditioner (AC).

Baca juga:
Pengunjung 3 Rumah Biliar di Surabaya Dibubarkan, Tak Kantongi Izin Ramadan

"Ruangan ini terbuka, maka saya minta ditutup, agar AC ruangan lebih dingin," jelasnya.

Selain itu, jumlah kursi dalam ruangan RS BDH juga ikut menjadi sorotan, karena jumlahnya terlalu banyak, sehingga ruangan terkesan kosong.

"Sehingga dapat ruangan benar-benar diatur lebih luas, tidak banyak kursi begini. Terus bagi pasien yang lain kalau ingin masuk, dia harus menunggu di luar (ruang tunggu)," tandasnya.