Pixel Codejatimnow.com

Jagung Penyebab Panen Padi di Kabupaten Kediri Turun, Oh ya?

Editor : Rochman Arief  Reporter : Yanuar Dedy
Kepala Seksi Usaha Tani dan Pasca Panen Dispertabun Kabupaten Kediri, Deni Manggiharto. (foto: Yanuar Dedy/jatimnow.com)
Kepala Seksi Usaha Tani dan Pasca Panen Dispertabun Kabupaten Kediri, Deni Manggiharto. (foto: Yanuar Dedy/jatimnow.com)

jatimnow.com - Produktivitas padi di Kabupaten Kediri mengalami penurunan sepanjang tahun 2022. Salah satu penyebabnya adalah sejumlah petani berpaling menanam, jagung yang dianggap berisiko rendah.

Kepala Seksi Usaha Tani dan Pasca Panen, Dinas Pertanian dan Perkebunan (Dispertabun) Kabupaten Kediri, Deni Manggiharto mengatakan, ada penurunan luas lahan padi sekitar 1.000 hektare tahun 2022, yang ia nilai berpengaruh terhadap hasil panen.

“Salah satu faktor penurunan panen karena (petani) beralih ke jagung. Banyak petani menganggap tanaman padi mudah diserang gangguan (hama),” kata Deni, Sabtu (28/1/2023).

Menurut Deni, jagung memiliki risiko lebih rendah dibandingkan dengan padi. Hal ini yang menyebabkan petani memilih beralih menanam jagung.

Jagung dianggap berhasil setelah melewati masa kritisnya di dua bulan pertama setelah tanam. Namun padi, masih berisiko mengalami gangguan hama burung saat memasuki musim panen. Hasilnya produktivitas turun sementara biaya operasional tinggi, baik itu biaya tanam, perawatan hingga panen.

“Padi itu sebelum panen masih ada saja ancamannya. Salah satunya burung,” tambahnya.

Sepanjang 2022, para petani menghasilkan sekitar 7 ton per hektar gabah kering giling (GKG). Dengan luasan lahan di Kabupaten Kediri mencapai 41.000-42.000 hektare. Luasan itu Kabupaten Kediri sanggup menghasilkan panen 294.000 ton dengan rata-rata penyusutan 50-55 persen.

Namun demikian, Deni memastikan jumlah ini masih cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Kabupaten Kediri. Beberapa petani bahkan masih mampu mengirimkan hasil panen mereka ke luar daerah.

“Untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Kabupaten Kediri sudah lebih dari cukup,” tegas Deni.

Baca juga:
Tradisi Ngasak di Probolinggo, Berkah Panen Padi saat Harga Beras Mahal

Tahun ini, Dispertabun Kabupaten Kediri mendorong peningkatan produksi dengan memperluas lahan pertanian padi. Dengan target mencapai 45.000 hektare lahan di 26 kecamatan di Kabupaten Kediri.

Sejumlah upaya dilakukan agar petani tetap menanam padi. Seperti memberikan bantuan benih, pelatihan pembuatan pupuk organik hingga mendorong perluasan padi sehat. Termasuk mengatasi beberapa masalah penting terkait pengairan di beberapa daerah kering.

Pihaknya juga terus mendekatkan teknologi ke petani untuk turut memangkas biaya operasional, salah satunya drone pertanian.

Untuk pembuatan pupuk organik ini, Dispertabun Kabupaten Kediri sudah menyiapkan demplot di seluruh kecamatan sejak tahun kemarin. Tujuannya agar petani bisa membuktikannya secara langsung.

Baca juga:
Dampingi Mentan di Tuban, Gubernur Khofifah Ajak Wujudkan Kedaulatan Pangan Indonesia

“Salah satunya untuk menyiasati ketergantungan pupuk subisidi. Sebut saja pelatihan pupuk cair dan pupuk padat. Nah, goalnya itu untuk menambah luas tanaman organik, tapi kita perbaiki dulu tempat tumbuhnya,” jelas Deni.

Karena, menurut Deni, saat ini tanah di Kabupaten Kediri hanya menyisakan sekitar 1-1,5 persen bahan organik. Padahal tanaman bisa tumbuh subur tanpa bantuan pupuk pada tanah dengan kandungan 5 persen bahan organik.

Ketika kandungan itu habis maka kesuburan hanya bisa didapat dari bahan kimia. Sehingga jika ini bisa tercapai, akan turut memangkas biaya operasional.

“Memang saat ini yang berhasil masih di 50:50 (kimia-organik). Tapi memang perlu dibiasakan dulu tanahnya ,karena sudah terlalu lama menggunakan bahan kimia. Nanti pelan-pelan ditambah persentase organiknya,” terang Deni.