Pixel Code jatimnow.com

Angka Stunting Nasional dan Provinsi Jatim Turun, Sidoarjo Kok Naik?

Editor : Narendra Bakrie   Reporter : Zainul Fajar
Data stunting di Kabupaten Sidoarjo
Data stunting di Kabupaten Sidoarjo

jatimnow.com - Angka stunting di Kabupaten Sidoarjo tercatat naik. Angka itu berbanding terbalik dengan penurunan angka stunting tingkat nasional maupun Provinsi Jawa Timur.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, angka stunting Tahun 2022 di Sidoarjo adalah 16,1%. Angka tersebut naik sekitar 1,3% dari tahun sebelumnya, yaitu 14,8%.

Data tersebut berbanding terbalik jika dibandingkan dengan tren angka stunting dari Provinsi Jatim, yakni 23,5% di Tahun 2021 dan menurun menjadi 18,2% di Tahun 2022. Sedangkan data nasional adalah 24,2% di 2021 dan menurun menjadi 21,6% pada Tahun 2022.

Tren kenaikan angka stunting itu menjadi sorotan, salah satunya dari Ketua Badan Kemaritiman Nahdlatul Ulama (BKNU) Sidoarjo, Badruzzaman.

Dia memaparkan, meski data hasil survei status gizi tersebut tidak mencerminkan upaya surveilans, tapi menurutnya hal itu lebih mencerminkan efektivitas intervensi yang dilakukan untuk mengatasi persoalan stunting di Sidoarjo.

"Apakah fenomena stunting ini adalah ketidakmampuan kebijakan publik (kesehatan) terdelivery di masyarakat atau gagal tereksekusi yang disebabkan rendahnya capability goverment dalam kebijakan publik Sidoarjo? Meski kebijakan ini dikeroyok juga melalui instrumen dana desa," tegasnya, Rabu (15/2/2023).

Dia mengatakan bahwa NU juga telah berupaya total dalam melakukan pemecahan masalah stunting tersebut.

Baca juga:
Gencar Turunkan Stunting, Pemkab Jember Minta TPPS Buka Info Fakta Lapangan

"Bahkan, bagi NU Sidoarjo sendiri, untuk berupaya total di garda depan berpartisipasi mengatasi stunting ini. Sebagai implementasi apa yang digelorakan sebagai Mendigdayakan NU. Karena hipotesis secara sederhana, bagaimana NU bisa digdaya dengan generasi stunting," ungkap dia.

Sementara Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kabupaten Sidoarjo, Fenny Apridawati memaparkan bahwa beberapa hal telah dilakukan.

Menurutnya, dinkes telah mencatat beberapa upaya yang telah dilakukan dalam mengatasi stunting. Secara garis besar, di antaranya insentifikasi pelaporan data, dan pemaksimalan input data di lapangan.

Baca juga:
Pemkab Jember Evaluasi Kinerja TPPS dalam Pendampingan Keluarga Berisiko Stunting

"Screenning dan deteksi dini sasaran bumil, bulin, bufas, bayi baru lahir, balita, uks/kes remaja, catin lansia, untuk mencegah kasus baru. Dan memperkuat pelaksanaan konvergensi stunting baik intervensi sensitif (di luar program kesehatan) dan intervensi sensitif (program kesehatan) dalam penurunan stunting mulai tingkat desa, kecamatan dan kabupaten," papar Fenny.

Dia menjelaskan bahwa target ke depan adalah menggerakkan masyarakat datang ke posyandu. Hal itu dilakukan untuk pendeteksian secara dini pemantauan pertumbuhan dan perkembangan, seperti berat badan tidak naik serta perkembangan tidak sesuai usia.

"Kami akan segera menangani dan merujuk bagi balita yang turun berat badannya atau ada tanda-tanda stunting ke puskesmas atau rumah sakit," pungkasnya.