Pixel Codejatimnow.com

Pria di Banyuwangi Sulap Limbah Tray Telur Jadi Karya Seni Bernilai Tinggi

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Eko Purwanto
Slamet Restu (33) bersama patung macan buatannya (Foto-foto: Eko Purwanto/jatimnow.com)
Slamet Restu (33) bersama patung macan buatannya (Foto-foto: Eko Purwanto/jatimnow.com)

jatimnow.com - Slamet Restu (33), pegiat pentas kesenian jaranan asal Dusun Padang Ulan, Desa Benelan Kidul, Kecamatan Singojuruh, Kabupaten Banyuwangi menyulap limbah tray telur menjadi karya seni bernilai tinggi.

Semula, ide Slamet itu muncul saat dirinya melihat banyak limbah tray telur tak terpakai berceceran di pasar. Dia langsung memungut limbah tersebut untuk dijadikan bahan pembuat topeng macan.

"Saya coba, hasilnya lebih bagus. Bahan bakunya juga selalu tersedia, jadi saya lanjutkan," ujar Slamet, Sabtu (11/3/2023).

Slamet mengaku hasil yang didapat tidak kalah moncer ketimbang bahan baku dari kayu yang biasa pakai. Dan keuntungan yang diperoleh jauh lebih maksimal.

"Tidak ada yang menyangka kalau barong dan macan-macanan buatan saya ini dari limbah. Dan keuntungannya jauh lebih maksimal," ungkap dia.

Macan-macanan yang dijual Slamet memiliki harga bervariasi, mulai Rp650 hingga Rp950 ribu.

"Yang paling murah itu hanya dicat biasa, yang harga Rp850 ribu dilapisi bulu sintetis. Sedangkan yang paling mahal dilapisi bulu asli dari kulit kambing," terangnya.

Sementara untuk harga satu set barong, Slamet menjualnya mulai harga Rp1 sampai Rp10 juta.

Baca juga:
Spoiler One Piece Episode 1092: Teka-teki Pulau Egghead dan Dr Vega Punk

"Yang paling murah barong kucingan. Kemudian yang harganya Rp3,5 juta barong prejeng. Sementara yang termahal itu barong kumbo," tuturnya.

Soal ilmu memahat, Slamet mengaku belajar kepada saudaranya di Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang.

"Di sana belajar membuat macan-macanan dan barong dari kertas bekas," tambah dia.

Hasil belajar membuat kerajinan tersebut kemudian diterapkan Slamet di rumahnya. Dia kembali membuat barong dan macan-macanan dengan media kertas bekas sekitar Tahun 2018.

"Awalnya pakai kertas bekas buku tulis," katanya.

Baca juga:
Gebyar Budaya Muhammadiyah di Surabaya Sampaikan Pesan Kebaikan lewat Karya Seni  

Di samping itu, Slamet hanya mengerjakan barong dan macan-macanan jika ada pesanan. Dan hingga saat ini, sudah ada pemesan dari beberapa wilayah di Indonesia, seperti Lampung, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua.

"Kerajinan saya sudah sampai luar Banyuwangi," imbuhnya.

Dari hasil penjualan tersebut, rata-rata setiap bulannya Slamet bisa mendapatkan omzet sebesar Rp5 juta.

"Pesanan biasanya paling ramai menjelang bulan Agustus atau jika ada acara lain seperti BEC," pungkasnya.