Pixel Code jatimnow.com

Cerita Petani Tomat di Jombang Hadapi Cuaca Ekstrem

Editor : Zaki Zubaidi   Reporter : Elok Aprianto
Petani tomat di Desa Pulorejo, Kecamatan Ngoro, Jombang. (Foto: Elok Aprianto/jatimnow.com)
Petani tomat di Desa Pulorejo, Kecamatan Ngoro, Jombang. (Foto: Elok Aprianto/jatimnow.com)

jatimnow.com - Curah hujan yang tak tentu akhir-akhir ini di wilayah Kabupaten Jombang, membuat tanaman tomat petani tumbuh tak maksimal. Akibatnya, para petani di Desa Pulorejo, Kecamatan Ngoro Jombang, merugi.

Mustajib (42) petani Desa Pulorejo, mengaku hasil tanaman tomatnya tidak bisa maksimal. Hal ini disebabkan cuaca yang tidak menentu beberapa bulan terakhir.

"Tanaman tomat saya banyak yang rusak. Daunnya mengering buahnya juga banyak yang busuk, karena kena cuaca," ungkapnya Rabu (15/3/2023).

Lebih lanjut ia menjelaskan, kondisi cuaca yang terkadang panas tinggi dan tiba-tiba hujan deras. Sangat berpengaruh pada kondisi tanamannya.

"Tomat yang sudah siap dipanen mudah terserang hama dan membusuk, kena hujan. Ya jadi tentu rugi. Karena hasil panennya tidak bisa maksimal," jelasnya.

Baca juga:
Ini Cara Anggota DPRD Agus Wicaksono Dorong Produktivitas Petani Lumajang

Ia mengaku untuk tanaman tomat itu, hanya dibutuhkan satu kali tanam. Dan bisa dipanen hingga 12 kali. Namun, lantaran kondisi tanaman yang rusak hanya mampu dipanen 6 kali saja.

"Lahan 1.000 meter persegi, Satu kali panen bisanya dapat 2 kuintal. Padahal kalau baik bisa 4 kuintal lebih," katanya.

Baca juga:
Hari Krida Pertanian 2024, Pemkab Jember Luncurkan J-Sultan

Selain hasil tanaman yang menurun. Karena banyak yang busuk. Harga tomat juga dijual dengan harga murah. Padahal, tomat saat ini sedang baik di pasar.

"Kalau normalnya harga tomat di tingkat petani saat ini Rp5 ribu per Kg. Tapi punya saya ini dihargai Rp3 ribu per Kg karena hasilnya kurang bagus," pungkasnya.