Pixel Code jatimnow.com

Kediri Panas Pol, Dampak Erupsi Gunung Merapi?

Editor : Zaki Zubaidi   Reporter : Yanuar Dedy
Suasana di Jembatan Brawijaya Kota Kediri. (Foto: Yanuar Dedy/jatimnow.com)
Suasana di Jembatan Brawijaya Kota Kediri. (Foto: Yanuar Dedy/jatimnow.com)

jatimnow.com - Warga di Kediri merasakan panas yang lebih dari biasanya, beberapa hari terakhir. Sebagian mereka menyebut ini dampak dari erupsi Gunung Merapi sejak akhir pekan kemarin. Benarkah demikian?

Setidaknya sejak Minggu kemarin, panas di Kediri mencapai 33 derajat celcius. Suhu udara ini bahkan lebih panas dari prakiraan cuaca dari BMKG Juanda, yakni 20-30 derajat celcius. Saat malam hari pun, sebagai warga masih merasakan sangat gerah.

Terkait cuaca yang puanas pol ini, Kepala BPBD Kota Kediri Indun Munawaroh memastikan bukan dampak dari erupsi Gunung Merapi. Menurut dia, tidak ada kaitannya cuaca di Kediri ini dengan erupsi yang bahkan masih terjadi sampai kemarin.

"Tidak ada (kaitannya dengan erupsi Gunung Merapi)," kata Indun Munawaroh, Rabu (15/3/2023).

Cuaca panas ini lanjut Indun karena adanya fenomena El Nino, dimana terjadi suhu muka laut (SML) di Samudera Pasifik bagian tengah. Sehingga, menyebabkan pengurangan curah hujan.

Baca juga:
Serahkan Sertifikat PTSL di 2 Desa, Pemkab Kediri Beri 3 Pesan Penting

"Berbeda dengan tahun kemarin fenomena La Nina yang menyebabkan bertambahnya curah hujan," tambah Indun.

Awal tahun kemarin, fenomena El Nino ini pernah disampaikan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Musim kemarau yang kering diprediksi akan melanda Indonesia termasuk Jawa Timur. Kemarau ini akan terjadi lebih awal pada bulan April.

Tak hanya kekeringan, datangnya fenomena El Nino ini dapat memicu kebakaran hutan dan lahan. BMKG memprediksi hal tersebut lantaran curah hujan semakin berkurang.

Baca juga:
Pemotor Arogan Penantang Duel Perwira Polisi di Kediri Dievakuasi Satpol PP, Ternyata…

Selama tiga tahun berturut-turut, Indonesia mengalami musim kemarau basah atau curah hujan berlebih akibat adanya fenomena La Nina. Memasuki tahun 2023, intensitas La Nina terus melemah. Hal tersebut terlihat dari indeks ENSO atau El Nino Southern Osciliation pada 10 hari pertama Januari 2023, yang mencapai 10,08 dan menuju ke netral.

Meski begitu, fenomena kekeringan menurut BMKG tidak terjadi dalam waktu yang panjang. Ini diperkirakan akan berakhir pada bulan Oktober 2023.