Pixel Codejatimnow.com

Grebek Gunungan Apem, Ikhtiar Pedagang Pertahankan Pasar Tradisional Kota Bojonegoro

Editor : Zaki Zubaidi  Reporter : Misbahul Munir
Suasana kirab gunungan apem pedagang pasar tradisional kota Bojonegoro. (Foto: Misbahul Munir/jatimnow.com)
Suasana kirab gunungan apem pedagang pasar tradisional kota Bojonegoro. (Foto: Misbahul Munir/jatimnow.com)

jatimnow.com - Semarak sambut bulan suci Ramadan pedagang pasar tradisional kota Bojonegoro gelar grebek gunungan apem pada Selasa (21/3/2023). Kegiatan yang bertajuk 'Megengan Mapak Ramadan' itu merupakan bentuk ekspresi suka cita menyambut bulan penuh berkah, sekaligus wujud rasa syukur dan melestarikan warisan leluhur.

Selain itu, kegiatan ini bertujuan untuk menyatukan kembali semangat para pedagang pasar dalam ikhtiarnya untuk memperjuangkan dan mempertahankan pasar tradisional kota yang secara turun-temurun menjadi tempat untuk mengais rezeki.

Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Tradisional Kota Bojonegoro Warsito mengatakan kegiatan Megengan Mapak Ramadan ini diinisiasi oleh para pedagang yang diawali dengan kirab gunungan apem mengelilingi pasar dengan diiringi hadrah dan lantunan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.

"Kegiatan ini adalah sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sekaligus mengirim doa kepada arwah para pendahulu pendahulu kita, para pejuang kemerdekaan yang ada di Bojonegoro, dan yang terutama adalah mengingat tentang sejarah pasar kota Bojonegoro. Juga mengingat para pendahulu atau pendiri saat membangun pasar ini dengan perjuangan," ujar Warsito.

Menurutnya pasar tradisional kota Bojonegoro merupakan salah satu situs atau tempat bersejarah yang menjadi saksi bisu perkembangan masyarakat Bojonegoro. Untuk itu, ia berharap kepada Pemkab Bojonegoro agar tetep mempertahankan pasar tradisional kota tersebut.

"Adanya polemik dengan Pemkab Bojonegoro, para pedagang pasar berharap agar pasar dibangun bukan dipindah," pungkasnya.

Baca juga:
Kuliner Ceker Setan untuk Berbuka Puasa di Ponorogo, Penyuka Pedas Pasti Suka

Pakai kopyah hitam Ketua paguyuban pedagang pasar tradisional kota Bojonegoro H Warsito. (Foto: Misbahul Munir/jatimnow.com)Pakai kopyah hitam Ketua paguyuban pedagang pasar tradisional kota Bojonegoro H Warsito. (Foto: Misbahul Munir/jatimnow.com)

Salah satu pedagang lain, Muhammad Zaini menambahkan, terdapat filosofi di balik kirab gunungan apem tersebut. Menurutnya apem adalah sebuah simbul filosofi dari kata afwan dalam bahasa Arab yang berarti maaf.

"Dalam sebuah konotasi bahwa kita mesti (harus) saling memaafkan, sebagai sesama manusia terlebih sesama muslim kita sepatutnya harus selalu memaafkan," tandasnya.

Baca juga:
Resep Kolak Ubi Ungu yang Manis, Segar dan Praktis untuk Menu Takjil

Terlepas dari pada itu, lanjut Zaini, kegiatan kirab gunungan apem tersebut juga merupakan wujud dari eksistensi para pedagang pasar dalam upaya mempertahankan dan merawat pasar tradisional kota Bojonegoro yang sudah ada sejak zaman dulu.

"Kita meminta kepada para pejabat agar terbuka hatinya bahwa inilah yang diharapkan oleh para pedagang. Apapun yang menjadi rencana dari Pemkab Bojonegoro yang pasti pasar tradisional harus tetap berdiri tanpa ada rencana-rencana untuk merobohkan atau memindahkan," tutupnya.