Pixel Codejatimnow.com

Bukti Toleransi Nyepi di Lamongan, 9 Ogoh-ogoh Disumbang Umat Lain

Editor : Rochman Arief  Reporter : Adyad Ammy Iffansah
Pawai ogoh-ogoh menyambut Hari Raya Nyepi di Desa Balun, Lamongan. (foto : Adyad Ammy Iffansah/jatimnow.com)
Pawai ogoh-ogoh menyambut Hari Raya Nyepi di Desa Balun, Lamongan. (foto : Adyad Ammy Iffansah/jatimnow.com)

jatimnow.com - Pawai ogoh-ogoh Desa Balun, Kecamatan Turi, Lamongan berjalan semarak. Sempat vakum tiga tahun akibat pandemi Covid-19, warga antusias menyambut pawai dan berduyun-duyun menyaksikan upacara keagamaan umat Hindu.

Setidaknya ribuan warga memadati Desa Balun. Bahkan warga dari luar desa juga terpantau menyaksikan salah satu prosesi rangkaian Hari Raya Nyepi pemeluk Hindu.

Patung ogoh-ogoh diarak keliling desa, selanjutnya dikumpulkan di tanah lapang yang selanjutnya dibakar menjadi satu.

Pemangku Pura Sweta Maha Suci Desa Balun, Mangku Tadi, menyebutkan pada Nyepi kali ini sangat meriah. Setidaknya ada 13 ogoh-ogoh yang diarak keliling Desa Balun.

"Kali ini antusiasme luar biasa, mungkin karena tiga tahun tidak ada pawai. Jumlah ogoh-ogoh yang diarak sekarang mencapai 13. Itu dari umat (Hindu) ada empat ogoh-ogoh, sedangkan sembilan dari umat lain, maupun kelompok pemuda," ungkap Mangku Tadi, Selasa (21/3/2023).

Baca juga:
PDIP Lamongan Buka Penjaringan Bacabup-Bacawabup

Pembakaran ogoh-ogoh melambangkan pemusnahan keburukan dalam diri manusia. (foto: Adyad Ammy Iffansyah/jatimnow.com)Pembakaran ogoh-ogoh melambangkan pemusnahan keburukan dalam diri manusia. (foto: Adyad Ammy Iffansyah/jatimnow.com)

Lebih lanjut Mangku Tadi menjelaskan, dalam ajaran Hindu pawai ogoh-ogoh dimaknai sebagai pembersihan alam. Menghilangkan segala bentuk keburukan dengan simbol membakar ogoh-ogoh.

"Ogoh-ogoh menggambarkan sifat angkara murka yang ada pada diri manusia. Kenapa kok dibakar, agar sifat angkara murka itu dimusnahkan atau dikembalikan menjadi sifat yang baik, yang bijaksana. Kemudian besoknya umat Hindu menjalankan brata penyepian," tuturnya.

Baca juga:
Truk Rusak Parah usai Tabrak Bokong Tronton di Lamongan, Nasib Sopir?

Sementara itu, Bupati Lamongan Yuhronur Efendi mengaku bangga dengan keragaman budaya yang tetap lestari di wilayahnya. Bersamaan dengan itu pihaknya melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Lamongan telah memasukan pawai ogoh-ogoh dalam kalender even Lamongan.

"Mudah-mudahan tahun-tahun berikutnya bisa dilaksanakan, dan semakin baik. Ini sekaligus menunjukan tidak hanya masyarakat Indonesia, tapi kita tunjukan kepada masyarakat dunia, bahwa ada Desa Balun yang di dalam masyarakatnya penuh toleransi dan keharmonisan," urai Pak Yes, sapaannya.