Pixel Codejatimnow.com

Berkah Ramadan, Omzet Perajin Kopiah di Banyuwangi Melejit

Editor : Zaki Zubaidi  Reporter : Eko Purwanto
Sejumlah kopiah hasil jahitan perajin Muhammad Fuadi (27) yang siap kirim ke berbagai daerah. (Foto-foto: Eko Purwanto/jatimnow.com)
Sejumlah kopiah hasil jahitan perajin Muhammad Fuadi (27) yang siap kirim ke berbagai daerah. (Foto-foto: Eko Purwanto/jatimnow.com)

jatimnow.com - Ramadan turut mengerek omzet perajin kopiah di Banyuwangi. Setelah loyo dihantam pandemi dua tahun beruntun, kini omzet mereka melonjak tajam di Ramadan tahun ini.

Orderan silih berganti masuk sejak awal Ramadan, bahkan jauh hari sebelumnya. Kondisi itu yang dirasakan, Muhammad Fuadi (27), perajin kopiah asal Dusun Panjen, Desa Jambewangi, Kecamatan Sempu.

Dalam sepekan, Fuadi mengaku mampu memproduksi 500 kodi untuk dikirimkan ke berbagai daerah di Indonesia. Pesanan dengan jumlah segitu membuatnya kewalahan.

"Sejak awal Ramadan alhamdulillah sudah mulai naik, dan peningkatan itu semakin tinggi. Sampai kewalahan," ujarnya kepada jatimnow.com, Jumat (31/3/2023).

Pada hari biasa, permintaan dari wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek) hanya sekitar 100 kodi per minggu. Tapi selama Ramadan ini permintaan 500 kodi per minggu.

“Satu kodi berisi 20 kopiah,” ungkapnya

Pesanan kopiah ini tidak hanya dari daerah di Kabupaten Banyuwangi, tapi banyak dari sejumlah kota di Indonesia.

“Ini malah ada lagi pelanggan dari Kalimantan Selatan, alhamulillah, semua ini berkah Ramadan,” terangnya.

Fuadi mengungkapkan dirinya mempekerjakan 15 emak-emak salam membantu usaha kopiahnya. Jika tak memungkinkan, para emak-emak bisa membawa pulang bahan baku untuk dijahit di rumahnya masing-masing.

Untuk itu, guna menyiasati lonjakan permintaan, Fuadi meminta para penjahitnya untuk bisa mengatur waktu. Supaya pekerjaannya bisa selesai tanpa mengganggu menyiapkan kudapan untuk berbuka bagi keluarganya.

“Karena mayoritas ibu-ibu, mereka tetap harus mengurus pekerjaan rumah,” cetusnya.

Baca juga:
Kuliner Ceker Setan untuk Berbuka Puasa di Ponorogo, Penyuka Pedas Pasti Suka

Salah satu warga yang bekerja sebagai penjahit kopiah, Nur Rohmah (43) mengaku tidak kesuliatan untuk mengatur waktu menjahit dan mengurus pekerjaan rumah.

“Saya sudah bertahun-tahun (menjahit), jadi sudah biasa kalau Ramadan banyak pesanan, sudah terbiasa,” katanya.

Bagi Rohma menjahit menjadi salah satu cara yang ampuh untuk menunggu waktu berbuka puasa. Baginya, menjahit kopiah itu bekerja sambil ngabuburit.

“Kalau sudah memasak buat buka, langsung jahit lagi sambil menunggu berbuka,” terangnya.

Kendati mendapat berkah dengan banyaknya pesanan saat Ramadan, para perajin kopiah di daerah tersebut masih menyimpan banyak kekhawatiran, salah satunya soal bahan baku.

“Kain yang dibuat untuk kopiah ini khusus, pesannya langsung ke pabrik,” terang perajin kopiah lain Ahmad Nur Khoiri (40).

Baca juga:
Resep Kolak Ubi Ungu yang Manis, Segar dan Praktis untuk Menu Takjil

Untuk bahan baku, terutama kain warna putih ini, Khoiri mengaku tidak bisa mengakali dengan mengganti kain warna putih lainnya.

“Dari dulu memang seperti ini (model dan warna). Kami tidak mau mengubah-ubah,” ungkap pria yang juga masih kerabat Fuadi itu.

Makanya, bila bahan baku habis, produksi kopiah di tempatnya juga akan berhenti sementara.

“Seadanya dulu, kalau bahan dari pabrik sudah datang, baru membuat kopiah lagi,” katanya.