jatimnow.com - Sunan Sendang Duwur atau Raden Noer Rohmad sejauh ini cukup lekat sebagai penyebar ajaran Islam di pulau Jawa, utamanya pantai utara. Beliau dikisahkan sebagai tokoh berpengaruh dalam penyebaran ajaran Islam.
Pantas jika peninggalannya mempunyai nilai sejarah yang besar. Salah satunya adalah Sumur Giling yang berada di luar kompleks pemakaman Sunan Sendang Duwur, Desa Sendang Duwur, Kecamatan Paciran, Lamongan.
Letaknya berada di sisi timur Masjid Tiban, yang juga menjadi salah satu peninggalan ikonik Raden Noer Rohmad.
Ajaibnya, meski berada di dataran tinggi dan tanah berkapur, sumur tersebut masih berfungsi dan tak pernah kering sampai sekarang.
Asal muasal sumur tersebut penuh kisah menarik. Dikisahkan jika Raden Noer Rohmad memindahkan masjid dari Mantingan, Jepara ke atas Bukit Dusun Amin Tunon yang sekarang menjadi Desa Sendang Duwur dalam waktu semalam.
"Setelah masjid dipindah ke sini, pastinya butuh sumber air untuk berwudhu dan bersuci. Karena di sekitar sini sulit ditemukan sumber air, kemudian Mbah Sunan Sendang bermunajat kepada Allah," ungkap keturunan ke-13 Sunan Sendang Duwur, Irvan, Sabtu (1/4/2023).
Sendang Duwur masih mempertahankan keaslian struktur bangunan dan belum pernah direnovasi. (foto: Adyad Ammy Iffansah/jatimnow.com)
Baca juga:
Pelajar Lamongan Dibacok di Masjid, Polisi Amankan 2 Pelaku
Seusai bermunajat itu, lanjut Irvan, Sunan Sendang kemudian diberi petunjuk langsung melalui kilauan sinar terang yang jatuh tepat di sebelah timur Masjid Tiban.
"Sinar jatuh dari langit tepat di sisi timur masjid. Selanjutnya Mbah Sunan Sendang melihat sinar yang jatuh. Kebetulan sinar yang jatuh itu menembus tanah dan berasap," lanjutnya.
Dari sinar yang diyakini sebagai petunjuk adanya sumber air, letak jatuhnya cahaya tersebut digali dan mengeluarkan sumber air.
Baca juga:
Ibu Terpidana Bom Bali 1 Tak Mau Mati, Tunggu Ali Imron Bebas
"Sumur tersebut sampai sekarang masih dipakai, dan dipertahankan bentuk aslinya," ujarnya.
Lebih lanjut, Irvan menyampikan penamaan Giling dalam sumur tersebut diambil dari cara pengambilan air yang menggunakan alat menyerupai penggilingan padi kuno yang dikaitkan dengan tali dan ember.
"Tidak banyak yang diubah dan direnovasi, kami mempertahankan orisinalitasnya," pungkasnya.