Pixel Code jatimnow.com

Menjaga Tradisi Ngaji Kitab Kuning Ala Santriwati Al Iman Putri Ponorogo

Editor : Rochman Arief   Reporter : Ahmad Fauzani
Santriwati Al Iman Putri ngabuburit dengan ngaji kitab kuning (Ahmad Fauzani/jatimnow.com)
Santriwati Al Iman Putri ngabuburit dengan ngaji kitab kuning (Ahmad Fauzani/jatimnow.com)

jatimnow.com - Santriwati Pondok Pesantren (Ponpes) Al Iman Putri Ponorogo mempunyai tradisi saat bulan Ramadan. Salah satunya dengan mengaji kitab kuning.

Pantauan di lokasi beberapa santriwati Pondok Pesantren (Ponpes) Al Iman Putri di Ponorogo terlihat menghadap kitab kuning masing-masing. Mereka mengisi waktu sambil menunggu buka puasa.

Bagaimana serunya ngaji kitab kuning ala Santriwati Al Iman?

Terlihat sejumlah santriwati menuju ruang utama di Ponpes Al Iman Putri Ponorogo. Mereka berjejer rapi. Tak lama kemudian pengasuh datang untuk memimpin ngaji kitab kuning.

Masing-masing santriwati menyimak bacaan dan penjelasan isi kitab nashoihul ibad. Dengan cekatan memaknai kitab dengan huruf pegon alias tulisan miring mengikuti penyampaian dari KH. Imam Bajuri.

Santriwati terlihat telaten, karena memang berbeda dengan belajar mengaji Al Quran pada umumnya. Akan tetapi para santri terlihat semangat untuk mempelajarinya.

Baca juga:
Usulan Kenaikan UMK Ponorogo 2025, Ketua DPRD: Pendorong Kesejahteraan Pekerja

Pengasuh Ponpes Al Iman Putri, K.H Imam Bajuri mengatakan bahwa mengaji kitab kuning merupakan tradisi setiap Ramadan. Di dalam mengaji kitab ini bisa menjadi pondasi para santri .

“Punya karakter santun dan bijak serta menjadi bekal santriwati saat sudah keluar dari pesantren dan kembali ke masyarakat,” ujarnya.

Sementara itu, salah atau santriwati Nita Dahlia menjelaskan bahwa kegiatan membaca kitab kuning untuk mengisi waktu Ramadan bisa dibilang ngabuburit ala santri.

Baca juga:
Harga Bahan Pangan di Ponorogo Melonjak jelang Nataru, Daging Tetap Stabil

Santriwati asal Wonogiri, Jawa Tengah ini mengaku ngaji kibat kuning adalah pengalaman pertamanya. Sehingga menjadikannya agak sulit mempelajari apa yang sudah disampaikan.

“Yang jelas mengisi waktu. Menambah wawasan baru. Agak susah sih, karena hurufnya kecil-kecil jadi harus telaten,” pungkasnya.