Pixel Codejatimnow.com

Makam Prabu Tawang Alun Diyakini di Kedawung Banyuwangi, Berdasar Ceracau Orang Kesurupan

Editor : Zaki Zubaidi  Reporter : Eko Purwanto
Lokasi makam yang diyakini masyarakat Dusun Sukodadi, Sraten, Cluring, Banyuwangi sebagai makam Prabu Tawang Alun. (Foto-foto: Eko Purwanto/jatimnow.com)
Lokasi makam yang diyakini masyarakat Dusun Sukodadi, Sraten, Cluring, Banyuwangi sebagai makam Prabu Tawang Alun. (Foto-foto: Eko Purwanto/jatimnow.com)

jatimnow.com - Masyarakat Dusun Sukodadi, Desa Sraten, Kecamatan Cluring, Banyuwangi, menaruh keyakinan akan keberadaan makam Prabu Tawang Alun, penguasa Banyuwangi terdahulu.

Keyakinan itu diaplikasikan dengan memugar makam yang diyakini sebagai tempat peristirahatan terakhir sang raja telatah Blambangan. Makam itu berada diantara pemakaman umum warga.

Ketua Pengurus Makam Prabu Tawang Alun, Irawan Suyanto (46) menerangkan, makam itu bersanding bersama makam leluhur masyarakat Kedawung bernama Mbah Darwi. Di sampingnya, terdapat pohon tua yang disebutk sebagai pohon Lo, berusia ratusan tahun.

"Dari dulu sudah ada di dekat makam Prabu Tawang Alun. Pohon Lo masyarakat sini menyebutnya. Kerap jadi ritual masyarakat menarik pusaka atau benda tak kasat mata," ujarnya kepada jatimnow, Senin (10/4/2023).

Keyakinan akan makam Prabu Tawang Alun diuraikan melalui kisah singkat yang diceritakan Suyanto. Menurutnya, kisah keberadaan makam Tawang Alun merupakan cerita turun-temurun lintas generasi dan melekat hingga sekarang.

"Ini kan cerita dari generasi ke generasi. Awalnya, Mbah Martoredjo (salah satu sesepuh) dari Yogyakarta mendapatkan sebuah mimpi ketika membabat alas Kedawung (Dusun Sukodadi)," katanya.

Di mimpinya, lanjut Suyanto, Mbah Martoredjo yang kerap berpindah lokasi ketika membuka alas belantara diminta untuk berhenti di sebuah tempat. Tempat itu terdapat aliran sungai yang melewati dan diyakini sebagai makam Prabu Tawang Alun.

"Ketika datang, kedua makam ini sudah ada seusai dibabat oleh Mbah Martoredjo. Makam itu berada tepat berada di pinggiran sungai dan sesuai dengan mimpi. Yang diyakini sebagai makam Prabu Tawang Alun," ujarnya.

Selain menyatakan eksistensi makam lewat pemugaran, kegiatan besar sempat digeber di sini. Salah satunya, kegiatan Kirab Budaya Tumpengan dan Takir Sewu yang pernah diadakan pada tahun 2017 silam.

Irawan menyebut ada sejarah di balik digebernya event akbar saat itu. Menurutnya, ada perwakilan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) yang sengaja datang ke tempatnya mencari makam Prabu Tawang Alun.

"Kemudian diantarkanlah tiga orang perwakilan dari Disbudpar itu oleh tokoh masyarakat bersama kepala desa menunjukkan makam Prabu Tawang alun di Kedawung," ujarnya.

Baca juga:
Fragmen Sejarah, Kartini Nyantri pada Mbah Sholeh Darat

Perwakilan Disbudpar, lanjut Irawan, kemudian mengadakan suatu ritual dari Kediri dengan membawa takir. Kemudian diletakkan sebuah bunga dalam takir yang kemudian disulut sebuah api.

"Muncul api setinggi dua meter yang membara layaknya api unggun," tambahnya.

Ritual itu ternyata ditujukan berdasarkan petunjuk dari kontingen yang kesurupan saat mengikuti event budaya di tingkat Provinsi Jawa Timur.

Kontingen itu, kata Irawan, membawakan cerita kolosal berjudul "Langit Mendung di Atas Kedawung" yang lelakon utamanya Prabu Tawang Alun.

"Karena ada suara (kontingen kesurupan) yang menyatakan adanya makam Prabu Tawang Alun di Kedawung maka mereka (Perwakilan Disbudpar) datang ke sini," jelasnya.

Dari sinilah keyakinan masyarakat Sukodadi makin menguat. Dan menggelar event tersebut untuk mengenalkan makam Prabu Tawang Alun yang mereka yakini ke khalayak luas.

Baca juga:
Kisah Pembakaran Mobil Mallaby Diabadikan di Taman Sejarah Surabaya

Sementara itu Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi Dewa Alit Siswanto, tim cagar budaya sendiri telah melakukan tinjauan ke makam yang diyakini warga Sukodadi, Sraten sebagai makam Prabu Tawang Alun.

"Kemudian dari hasil kajian tim cagar budaya menyimpulkan bahwa Prabu Tawang Alun hidup di masa kerajaan Hindu-Buddha. Dan pada masa itu, orang yang meninggal dilakukan pengabenan. Dan tim sepakat bahwa jasad (Prabu Tawang Alun) dikremasi sehingga tidak ada makam," tambahnya.

Sempat dimungkinkan bahwa lokasi itu adalah sebuah petilasan. Namun, masih kata Dewa, Tim Arkeolog yang dikirim tak menemukan situs ataupun bebatuan kuno yang dimaksud.

"Dan bebatuan yang digunakan sebagai makam tidak menunjukkan kekunoannya. Sehingga, tim menyimpulkan itu bukanlah makam Prabu Tawang Alun," tambahnya.

Kendati disimpulkan bukan Makam Prabu Tawang Alun, tak menutup kemungkinan akan dilakukan kajian ulang oleh Tim Ahli Cagar Budaya bentukan pemerintah kabupaten. Bila ada temuan ataupun benda baru yang menandakan korelasi dengan Prabu Tawang Alun di lokasi tersebut.