Pixel Codejatimnow.com

Rebana Buatan Perajin Kedungliwung Banyuwangi Laris Manis saat Ramadan

Editor : Zaki Zubaidi  Reporter : Eko Purwanto
Cak Imik (51) bersama rebana buatannya. (Foto: Eko Purwanto/jatimnow.com)
Cak Imik (51) bersama rebana buatannya. (Foto: Eko Purwanto/jatimnow.com)

jatimnow.com - Perajin rebana di Dusun Kedungliwung, Desa Kemiri, Kecamatan Singojuruh, tersenyum renyah. Pasalnya, rebana khas buatan mereka laris manis diangkut pembeli pada Ramadan tahun ini.

Kekhasan itu menjadi daya tarik pembeli untuk melirik. Para pelanggan dari dan luar Banyuwangi tak pernah ragu untuk membeli.

Itulah mengapa, rebana yang dihasilkan Suhaimi (51), tak pernah sepi peminat, terlebih saat Ramadan ini. Mulai terjadi peningkatan. Termasuk layanan servis rebana maupun peralatan musik kuntulan.

"Alhamdulillah ada peningkatan saat Ramadan. Selalu ada orang yang ingin servis rebana, tukar tambah rebana. Masjid juga ada yang ingin memperbaiki bedug,” ujarnya kepada jatimnow.com, Jumat (14/04/2023).

Terbaru, Cak Imik, panggilan akrabnya, sedang mengerjakan berbagai pesanan dari kelompok kesenian dan sekolah.

“Yang pesan tidak hanya dari Banyuwangi tapi juga ada dari Maluku, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Cak Imik membeberkan harga satu alat kesenian kuntulan yang dikerjakannya kini. Untuk kualitas wahid, ia mematok harga senilai Rp8,5 juta.

"Satu set terdiri atas sembilan buah terbang, sebuah jidor, pantus, keling, dan gong dengan kualitas baik dijual seharga Rp8,5 juta. Kalau minta yang standar kurang lebih diberi harga Rp7,5 juta,” terangnya.

Kemudian, satu set hadrah alhabsyi yang terdiri atas empat terbang, dua keprak, sebuah bass, darbuka, dan ham dijual dengan harga Rp5 Juta.

“Rebana yang eceran saya jual Rp350 ribu hingga Rp450 ribu per satuannya,” imbuhnya.

Baca juga:
352 Pedagang Pasar Banyuwangi Direlokasi

Renyahnya senyum Cek Imik sama renyahnya dengan suara rebana yang dihasilkan. Ia tak sembarangan memilih bahan baku kulit yang digunakan.

Menurutnya, kulit yang dipakai untuk bahan baku berasal dari kulit sapi betina Jawa. Dan untuk rebana dari kulit kambing, dipilih kulit yang tebal.

“Supaya suaranya lebih renyah, kuat, dan bergema,” terangnya.

Karena kekhasan yang dimilik membuat rabana buatan Cak Imik terkenal seantero Banyuwangi. Kualitas bahannya terkenal bagus dan nada yang dihasilkan sangat pas.

"Saya selalu memastikan bahan bakunya, kayu dan kulit yang dipakai kualitasnya bagus agar suaranya juga bagus,” imbuhnya.

Baca juga:
Mengenal Ritual Seblang Olehsari di Banyuwangi, Menari 7 Hari Berturut-turut

Cak Imik bukanlah orang baru di dunia rebana. Sejak tahun 2005, dia sudah menggeluti pembuatan alat musik terbang secara mandiri.

“Sebelumnya mulai tahun 1998, ya ikut bekerja dengan orang lain yang juga perajin rebana,” ungkapnya,

Selain membuat karya musik tabuh, Cak Imik juga punya kelompok Hadrah serta Kuntulannya sendiri yang bernama “Jingga Muda Kedungliwung”. Kelompok itu terdiri atas 15 personel.

“Biasanya menampilkan tarian Kuntulan, Gandrung, campursari atau hanya hadrah alhabsyi untuk mengiringi acara pernikahan, sunatan, atau acara sambutan-sambutan,” tandasnya.