Pixel Codejatimnow.com

Keunikan Langgar Dhuwur Lamongan, Mirip Loteng Berusia Seabad Lebih

Editor : Zaki Zubaidi  Reporter : Adyad Ammy Iffansah
Potret Langgar Dhuwur Lamongan yang terlihat unik namun punyai nilai sejarah yang besar khususnya syiar Islam di Kota Soto. (Foto: Adyad Ammy Iffansah/jatimnow.com)
Potret Langgar Dhuwur Lamongan yang terlihat unik namun punyai nilai sejarah yang besar khususnya syiar Islam di Kota Soto. (Foto: Adyad Ammy Iffansah/jatimnow.com)

jatimnow.com - Bangunan bernilai sejarah, Langgar Dhuwur yang terletak di Jl. Kyai Amin, Kampung Kenduruhan, Kelurahan Sidokumpul, Kecamatan/Kabupaten Lamongan ini memiliki ciri dan keunikan tersendiri.

Selain namanya yang cukup asing di telinga masyarakat modern, rupanya arsitektur maupun bentuk hingga latar belakang berdirinya bangunan tersebut juga cukup menarik untuk diketahui.

Ya, bangunan ini disebut telah ada sezaman dengan Masjid Agung Lamongan (MAL) yang berdiri pada 1908 silam. Artinya Langgar Dhuwur ini terlah berusia lebih dari seabad. Menariknya lagi tempat ini masih difungsikan dan terawat dengan baik.

"Langgar Dhuwur ini didirikan oleh KH. Mastur Asnawi atau yang lebih dikenal sebagai Mbah Yai Mastur sekitar tahun 1919 dan sampai sekarang masih digunakan aktivitas keagamaan," kata Dzihan Zahriz Zaman, dzuriyah KH Mastur Asnawi, Jumat (14/4/2023).

Bangunan ini memliki luas sekitar 8 meter persegi yang ditopang tiang penyangga sekitar 2 meter. Uniknya lagi bangunan ini tidak mempunyai pintu utama.

Bangunan ini hanya memliki satu akses masuk melalui tangga sebelah bawah selatan yang hanya muat dimasuki 1 orang. Di dalam bangunan terdapat 2 ruangan untuk aktifitas keagamaan dan gudang penyimpanan. Juga terdapat 2 jendela.

Baca juga:
Gagal Nyalip, Pemotor Lamongan Tewas Dihantam Truk

"Langgar Dhuwur ini hingga kini masih kita pakai untuk kegiatan keagamaan, seperti ngaji dan lainnya, yaitu pada akar utama ketika masjid ini didirikan," ungkapnya.

Disebutkan, tak banyak perubahan yang dilakukan hanya saja bagian tiang penyangga diganti dengan cor beton agar lebih kuat sementara untuk atap dan bagian bangunan tetap dipertahankan.

"Bangunan ini sebenarnya dibangun sebagai bangunan majelis taklim yang didirikan oleh almarhum Mbahyai Mastur Asnawi," beber Zahriz.

Baca juga:
Harga Bumbu Dapur di Lamongan Naik Megilan Pasca-Lebaran

Mengurai sedikit perihal latar belakang, Zahriz menyebut bahwa KH Mastur Asnawi sengaja tidak mendirikan pesantren dan santri mukim. Hal itu ditujukan agar seluruh lapisan masyarakat bisa ikut ngaji di langgar panggung ini.

"Kalau secara pasti dibangun tahun berapa saya belum tahu pasti, tapi yang jelas Langgar Dhuwur ini dibangun sebelum Masjid Agung Lamongan berdiri, dibangun ketika beliau pulang dari berguru di Madinah," ungkapnya.