Pixel Codejatimnow.com

Maestro Kebo-keboan Berpulang, Banyuwangi Berduka

Editor : Narendra Bakrie  Reporter : Eko Purwanto
H Indra Gunawan (kiri) semasa hidup (Foto: Facebook Indra Gunawan)
H Indra Gunawan (kiri) semasa hidup (Foto: Facebook Indra Gunawan)

jatimnow.com - Awan mendung menyelimuti insan budaya Bumi Blambangan. H Indra Gunawan, sang maestro adat Kebo-keboan Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh, Kabupaten Banyuwangi berpulang.

Ia meninggal setelah berjuang melawan penyakit ginjal yang diidapnya. Kepulangan H Indra Gunawan dibenarkan kakak kandungnya, Awang Darmawan (58).

"Benar, beliau meninggal pada Rabu (19/4) kemarin. Sebelum meninggal sempat dirawat di RS Darmo Surabaya selama 10 hari karena masalah ginjal," ujar Awang kepada jatimnow.com, Kamis (20/4/2023).

Awang menyatakan, sebelum dirawat di Surabaya, almarhum sempat dirawat di Rumah Sakit Yasmin Banyuwangi selama tiga hari. Namun karena kondisinya terus menurun akhirnya dirujuk ke Rumah Sakit Darmo, Surabaya.

"Setelah dicek, hasil laboratorium menunjukkan fungsi ginjalnya mengalami masalah. Dan ada kelainan lambung yang membuat beliau muntah," tambahnya.

Awang menambahkan, kondisinya yang terus menurun membuat tim dokter memutuskan memindahkan H Indra Gunawan ke ruang intensif care unit (ICU). Namun berjalan dua hari, kondisinya semakin menurun.

"Jam 10.45 WIB meninggal dunia. Jenazah tiba di Banyuwangi sekitar pukul 20.00 WIB. Terus disemayamkan selama semalam dan pagi ini sekitar pukul 09.00 WIB dikebumikan di TPU keluarga," jelas Awang.

Tak hanya keluarga dan insan seni adat Kebo-keboan Alasmalang Singojuruh, duka mendalam atas kepergian sang legenda turut dirasakan Ketua Pengurus Harian Aliansi Masyarat Adat Nusantara (AMAN) Osing Banyuwangi, Wiwin Indiaeti.

Menurutnya, H Indra Gunawan dikenal sebagai sosok filantropis dan total saat memperjuangkan kelestarian adat dan budaya di Banyuwangi.

"Kami sangat merasa kehilangan atas kepergian beliau. Ia sosok yang darmawan dan selalu mendukung kebudayaan Banyuwangi. Sudah tak bisa diragukan lagi," ucapnya.

Di mata Wiwin, alamarhum dikenal sosok yang aktif dan tak pernah diam dalam urusan memajukan kebudayaan. Itu terlihat dari totalitasnya dalam mempromosikan adat
Kebo-keboan di mata luar.

"Saking totalnya sampai merogoh kocek pribadi. Makanya saya salut dengan perjuangan beliau dalam melestarikan adat budaya yang jadi kebanggaan masyarakat di desanya itu," tambahnya.

Tak sampai di situ, lanjut Wiwin, semasa hidup almarhum kerap memberikan fasilitas tempat bagi Tim AMAN Osing saat melakukan pertemuan ataupun rapat. Meski sudah tak aktif sebagai pengurus di lembaga yang kini dinaunginya.

"Beliau sangat suportif dan kerap memberikan fasilitas kami saat melakukan pertemuan. Simbol kemandirian masyarakat adat ada pada sosok almarhum," ungkapnya.

Adat Kebo-keboan merupakan sebuah kegiatan adat masyarakat agraris asli suku Osing. Sebuah tradisi yang digelar setiap bulan Suro dalam penanggalan Jawa. Sekaligus menjadi acara rutin tahunan dan rangkaian dari Banyuwangi Festival (B-Fest), yang selalu dinanti oleh ribuan masyarakat Bumi Blambangan.

Kebo-keboan merupakan ungkapan syukur masyarakat atas limpahan hasil panen sepanjang tahun. Serta sebagai tolak balak atau doa agar dihindarkan dari bencana dan mara bahaya.

Almarhum H Indra Gunawan meninggalkan seorang istri bernama Sari Nurani Sukarno. Sejumlah tokoh kebudayaan dan seni Banyuwangi sempat mengantarkan jenazah H Indra Gunawan ke peristirahatannya yang terakhir.