Pixel Codejatimnow.com

Mas Dhito Inisiasi Pagelaran Wayang Kulit 72 Jam Nonstop, Bawakan Lakon Babad Kadhiri Secara Utuh

Editor : Aris Setyoadji  Reporter : Yanuar Dedy
Mas Dhito memainkan wayang. (Foto : Humas Pemkab Kediri/jatimnow.com)
Mas Dhito memainkan wayang. (Foto : Humas Pemkab Kediri/jatimnow.com)

jatimnow.com - Sejarah tanah Kediri hingga menjadi kerajaan dalam serat Babad Kadhiri akan ditampilkan dalam perspektif cerita wayang. Pagelaran wayang kulit ini membawakan 10 lakon secara berseri selama tiga hari berturut-turut atau 72 jam nonstop pada 2-4 Mei 2023.

Pagelaran wayang kulit yang diinisiasi Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana ini digelar sebagai rangkaian peringatan Hari Jadi Kabupaten Kediri Ke-1219.

Mas Dhito, sapaan akrabnya menyampaikan, untuk menggelar wayang kulit ini, pemerintah daerah bekerjasama dengan Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Kabupaten Kediri.

"Melalui cerita yang utuh dan ditampilkan secara berseri ini diharapkan masyarakat khususnya generasi muda menjadi lebih tahu dan paham mengenai sejarah Kediri," kata Mas Dhito.

Babad Kadhiri yang dibawakan dalam perspektif cerita pewayangan ini menjadi sarana tranformasi pengetahuan sejarah Kediri yang sangat berharga.

Selain sebagai tontonan, pagelaran wayang kulit ini diharapkan dapat menjadi tuntunan. Sebab, banyak nilai-nilai positif yang dapat dipelajari melalui lakon atau cerita yang dibawakan dalang.

"Dengan mengetahui jalannya cerita dengan karakteristik tokoh yang ada dalam tiap lakon, kita berharap ada nilai-nilai positif yang dapat dijadikan pelajaran dalam kehidupan keseharian," tutur Mas Dhito.

Ki Didik Wibisono, perwakilan Pepadi Kabupaten Kediri mengungkapkan, cerita-cerita dalam Babad Kadhiri yang dibawakan dalam pagelaran wayang kulit diakui baru pertama kali ini dibawakan secara utuh.

Baca juga:
Produktivitas Padi di Kediri Terus Naik Melalui Program DITO

"Pertama kali ini, penampilan secara utuh, mulai dari berdirinya kerajaan Mamenang sampai tenggelamnya (Kerajaan Mamaneng)," terangnya.

10 lakon yang dibawakan dalam pergelaran itu Pertama, Babad Mamenang yang menceritakan sejarah munculnya Kerajaan Mamenang. Kedua Sri Aji Joyoboyo Jumeneng menceritakan sejarah Sri Aji Jayabaya menjadi raja di Mamenang.

Tiga Jongko Jinarwo menceritakan tentang Sri Aji Jayabaya medharake/memaparkan tentang Jangka Jaya Baya. Empat Mayangkoro yang menceritakan tentang moksanya Resi Mayangkoro/Anoman.

Lima Angling Dharma, menceritakan kelahiran Angling Dharma cucu dari Sri Aji Jayabaya. Enam Sang Cakrawartin (Cakrawartin artinya utusan Tuhan) lakon ini menceritakan epos kepahlawanan Angling Dharma membantu Kerajaan Kediri dari marabahaya.

Baca juga:
Mas Dhito Ajak Masyarakat Sukseskan Pembangunan Infrastruktur di Kediri

Tujuh Jaya Amijaya Dadi Ratu yang menceritakan Raden Jaya Amijaya anak dari Prabu Jayabaya menjadi raja. Delapan Jaya Amisena Dadi Ratu, menceritakan Raden Jaya Amisena anak Prabu Jaya Amijaya menjadi raja.

Sembilan Sri Aji Pamasa Krama, menceritakan pernikahan anak Prabu Jaya Amisena yang bernama Sri Aji Pamasa. Sepuluh, Sri Aji Pamasa, menceritakan Kerajaan Mamenang yang dilanda banjir bandang, sehingga kerajaan tenggelam, dan Kerajaan Mamenang dipindah ke Pengging.

Keseluruhan ada 12 dalang yang akan membawakan semua lakon-lakon itu secara berseri selama 3 hari. Tak hanya dalang pria, namun juga akan tampil dalang wanita.

"Mudah-mudahan banyak masyarakat yang dapat menonton dan menikmati seluruh cerita dalam pagelaran wayang kulit ini," pungkas Didik Wibisono yang menjabat bendahara Pepadi Kabupaten Kediri itu.