Pixel Codejatimnow.com

Dirjen Dikti Akui PTMA Layak Menjadi Best Practice Nasional hingga Internasional

Editor : Aris Setyoadji  Reporter : Farizal Tito
Plt. Dirjen Dikti Ristek Prof. Ir. Nizam, saat menjadi keynote speech pada rakernas Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah. (Datul for Jatimnow.com)
Plt. Dirjen Dikti Ristek Prof. Ir. Nizam, saat menjadi keynote speech pada rakernas Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah. (Datul for Jatimnow.com)

jatimnow.com - Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) menjadi tuan rumah Rapat Kerja Nasional (Rakernas) yang digelar Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah. Kegiatan tersebut digelar di JW Marriot Hotel Surabaya. Rabu (3/5/2023).

Plt. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Dirjen Dikti Ristek) Republik Indonesia Prof. Ir. Nizam, M.Sc., turut menjadi keynote speech dengan tema “Kampus Merdeka untuk Penyiapan SDM Unggul dan Inovasi".

Nizam menyebut bahwa SDM unggul dan inovasi menjadi kunci dalam kehidupan untuk memasuki dunia profesi, untuk menciptakan SDM yang siap dengan pribadi yang baik secara gizi dan tidak terjadi stunting. Bahkan jenjang sia 0-3 tahun investasi terbaik untuk pendidikan.

Terlebih Indonesia memiliki perguruan tinggi sesuai dengan data statistik yang dibuat oleh PDDikti tahun 2023, jumlah perguruan tinggi adalah 4.523 dan memiliki 31.399 program studi dengan lulusan per tahun >1.800 lulusan.

Kesenjangan pendidikan antara pulau Jawa dengan trans Jawa, dengan presentase APK didominasi oleh pulau jawa dengan fasilitas yang mencukupi. Statistik perguruan tinggi di Indonesia: Perguruan tinggi 4.52, program studi 31.399, dosen 326.554, mahasiswa 9.320.410 1.842.588, lulusan/th 1.842.588.

“Kondisi pendidikaan kita penuh dengan ketidakpastian, penuh dengan dinamika, penuh dengan keambiguan sehingga penting melakukan evaluasi pendidikan, kurikulum, mata kuliah, untuk memperbaiki pendidikan yang akan datang,” jelas dia di hadapan ratusan peserta.

Menurutnya, lapangan pekerjaan masa akan datang mengalami ancaman, dampak dari revolusi industri 4.0. Kedepan tenaga manusia akan semakin tersingkirkan oleh robot hingga tahun 2030.

Sehingga hal ini yang menjadi tantangan bagi para lulusan dengan menyiapkan skill dan kompetensi baru yang diinginkan oleh perusahaan pencari pekerja.

Baca juga:
Milad ke-39, UM Surabaya Beber Kolaborasi Pendidikan dan Inovasi Produk

“Tugas perguruan tinggi sekarang dalam menghadapi tantangan itu adalah dengan menyiapkan lulusan dalam dunia kerja, berdasarkan presentase pada profesi yang diminati lulusan perguruan tinggi mengalami dinamika. Tentu ini juga menjadi tugas Perguruan Tinggi Muhammadiyah/Aisyiyah (PTMA) di Indonesia,” imbuhnya.

Masalah tersebut harus dapat diatasi oleh PTMA sebagai wadah dalam memberikan pendidikan dan ilmu. Sehingga diperlukan inovasi dan kreatifitas.

"Sehingga nantinya diharapkan bisa menumbuhkan ide-ide tiap peserta didik. Jadi jika nanti setelah lulus ada kesesuain antara jurusan semasa kuliah dengan pekerjaannya,” bebernya.

Ia menekankan, banyaknya jalan menuju SDM unggul harus menjadi perhatian penting karena tantangan ke depan tidak hanya masalah nilai cumlaude, tapi kreatifitas dan inovasi sangat dibutuhkan dalam rangka mewujudkan cita-cita mahasiswa ketika lulus.

Baca juga:
Tidak Tuntaskan Skripsi Pasti Lulus, Ini Jawaban UM Surabaya

Selain itu, Nizam menambahkan bahwa dalam mewujudkan SDM yang unggul, perguruan tinggi memerlukan kepemimpinan yang baik.

“Perguruan Tinggi Muhammadiyah/Aisyiyah (PTMA) di Indonesia memiliki leadership yang baik, bahkan menjadi best practice baik di nasional bahkan internasional,” katanya.

“Dalam hal organisasi dan tata kelola yang sehat merupakan ciri khas dari PTMA. Sehingga di lingkungan PTMA terjalin kerjasama yang bagus, tidak saling sikut-sikutan antar perguruan tinggi. Fokus pada pengembangan dan kerjasama," imbuhnya.